Jakarta – Kementerian Agama meminta mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) mengambil peran sebagai penangkal intoleransi dan radikalisme. Hal ini disampaikan oleh Kepala Seksi Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ruchman Basori di hadapan 3.050 mahasiswa baru IAIN Salatiga yang mengikuti Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), di Salatiga, pada Rabu (8/8).
“Mahasiswa saat ini harus memantapkan diri sebagai pilar kebangsaan, berkomitmen pada Pancasila dan menjaga NKRI,” tutur Ruchman.
Aktivis Mahasiswa ’98 ini menuturkan bahwa komitmen mahasiswa dibutuhkan mengingat saat ini banyak permasalahan serius yang mengganggu sendi-sendi berbangsa.
“Di antaranya adalah munculnya kelompok yang mempertanyakan konsensus nasional, seperti mempersoalkan dasar negara Pancasila, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika,” ujar Ruchman, seperti dilansir Sindonews.com.
Masalah lain adalah muncul kelompok yang mengklaim kebenaran agama. Kelompok ini merasa diri dan kelompoknya yang paling benar dan yang lain salah (truth claim), bahkan sampai pada mengkafirkan pihak lain. “Hal itu akan menyuburkan tindakan intoleransi dan radikalisme yang akhir-akhir ini kita rasakan,” katanya.
Alumni UIN Walisongo ini mengatakan, mahasiswa berperan penting untuk melakukan counter narasi dan idiologi terhadap paham dan gerakan radikalisme. Sebab mahasiswa adalah agen perubahan sosial (the agen of social change) sekaligus agen pembangunan (the agent of development). “
“Mestinya yang waras tidak boleh mengalah dalam menghadapi kelompok intoleran dan radikal terutama di media sosial,” kata Ruchman mengutip dawuh kyai sekaligus budayawan, KH Mustofa Bisri.