Surabaya – Warga Putat Gede, Surabaya, menolak tujuh jenazah teroris bomber Surabaya dimakamkan di tempat mereka. Padahal tujuh lubang sudah disiapkan, namun lubang itu ditutup lagi oleh warga.
Sebanyak tujuh lubang untuk terduga teroris di tempat Pemakaman Umum Putat Gede, Surabaya sudah dipersiapkan Kamis (17/5) sore. Namun, kecurigaan warga mulai terlihat ketika adanya polisi yang tiba bersama camat Sawahan di lokasi tersebut. Setelah di kroscek, barulah warga tahu jika tujuh lubang tersebut untuk makam terduga teroris.
Dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut, kabar tersebut akhirnya diterima telinga seluruh warga. Satu per satu warga pun kemudian datang ke lokasi makam, hingga menumpuk menjadi puluhan orang.
Mereka datang ada yang membawa cangkul, sekrop, ada pula yang membawa botol minum untuk berbuka puasa. Tanpa dikomando, warga silih berganti mengutuk tujuh lubang tersebut hingga adzan magrib terdengar.
“Kenapa harus dikubur di sini. Di tempat tinggalnya saja ditolak, apalagi di sini.” kata ketua LPMK Putat Jaya, Hariono.
Hariono mewakili warga, menyesalkan rencana polisi yang akan memakamkan jenazah terduga teroris di pemakaman Putar Gede.
Apalagi, salah satu korban ledakan gereja Pantekosta Pusat Surabaya, tinggal di belakang makam, dan korban yang meninggal juga dimakamkan di Makam Putat Gede.
“Gila itu polisi. Masak makam teroris dimakamkan di sini, satu area dengan korbannya. Apalagi, gereja yang dibom juga dekat sini juga. Gila…,” sahut warga yang lain.
Sementara itu, Camat Sawahan, Yunus, juga tak bisa menghalang keinginan warga. Tetapi, ia juga bisa memaklumi kemarahan warga. Yunus juga berharap agar polisi bisa memahami kemarahan warga. Sebab, jika dipaksakan, dikhawatirkan ada hal hal yang tidak diinginkan.
“Kalau dipaksakan, warga mungkin tidak mengganggu jalannya pemakaman. Tetapi, di luar hari itu, bisa saja warga menggali makamnnya secara diam-diam.” katanya.