Tripoli – Aksi terorisme nan biadab terus terjadi di bumi Timur Tengah. Suriah, Irak, Afghanistan, Pakistan, dan kini Libya. Sekelompok militan menyerang kantor Komisi Pemilihan Umum (Pemilu) Libya di Tripoli, Rabu (2/5/2018), meledakkan bom bunuh diri di gedung KPU. 11 warga sipil menjadi korban aksi teror itu.
Pertempuran sempat terjadi antara pasukan keamanan Libya dengan para penyerang yang mencoba mengambil alih gedung kantor. Juru bicara komisi pemilihan umum Libya, Khaled Omar, mengaku segera melarikan diri dari gedung itu dengan staf lain ketika serangan terjadi.
Sejumlah gambar yang diunggah di media sosial menunjukkan asap hitam tebal mengepul dari lokasi serangan di distrik Ghout al-Shaal di barat Tripoli.
“Saya melihat dua pelaku bom bunuh diri. Mereka meneriakkan Allahu Akbar. Seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya di dalam gedung komisi dan yang lainnya membakar bagian dari bangunan itu,” kata Omar dikutip dari laman republika.co.id.
Menurutnya, korban tewas termasuk tiga pegawai komisi dan empat anggota pasukan keamanan lokal. Kementerian Kesehatan Libya menyebutkan, selain 11 korban tewas, ada dua orang lainnya yang terluka.
Serangan itu adalah serangan pertama yang terjadi di Tripoli selama beberapa tahun. Meskipun situasi keamanan di Libya masih bergejolak, aksi kekerasan di ibu kota itu selama ini hanya terbatas pada bentrokan lokal antara kelompok-kelompok bersenjata.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Serangan itu diduga dilakukan untuk menggagalkan penyelenggaraan pemilihan umum di Libya akhir tahun ini. Pemilu di Libya telah mendapat dukungan dari Amerika Serikat (AS) dengan tujuan untuk menyatukan dan menstabilkan negara itu setelah bergejolak selama bertahun-tahun.
KPU Libya telah mendaftarkan hampir satu juta pemilih baru, meskipun belum ada tanggal yang ditetapkan untuk melakukan pemungutan suara. Libya telah berada dalam keadaan tidak stabil sejak perang saudara pada 2011 yang mengakibatkan penggulingan Muammar Gaddafi oleh para pemberontak yang didukung NATO. Hasil pemilu 2014 sempat diperdebatkan karena dimenangkan oleh pemerintah yang didukung oleh aliansi militer.