Jakarta – Untuk mengantisipasi suburnya radikalisme di Indonesia diperlukan berbagai strategi. Untuk itu Polri tidak hanya berkonsentrasi dalam upaya penindakan, tetapi juga turut terlibat dalam upaya menangkal radikalisme. Ada tiga strategi yang digunakan untuk mengantisipasinya.
Staf Ahli Kapolri Bidang Sosial dan Ekonomi, Inspektur Jenderal Polisi Gatot Pramono menjelaskan, strategi pertama adalah melakukan deradikalisasi terhadap orang-orang yang pernah terpengaruh paham radikal. Dia menyebut ada strategi yang dijalankan oleh polisi, bersama dengan lembaga lain.
“Untuk tugas ini kita tidak sendiri dibantu dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Kementerian Agama, tokoh masyarakat, agama, serta ulama,” kata Gatot dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Vox Point Indonesia di Klender, Jakarta Timur, Senin (30/4/2018) dikutip dari okezone.com.
Strategi Kedua, kata dia, melakukan kontra radikalisasi. Cara ini dilakukan terhadap orang yang berpotensi terpengaruh paham radikal. “Dengan memberikan bagaimana caranya pemahaman yang benar oleh ulama dengan ayat-ayat yang ada di Al Quran,” jelasnya.
Ketiga, lanjut dia, kontra ideologi. Caranya dengan memoderasi dan menanamkan nilai-nilai Pancasila dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat.
“Bisa dalam bentuk cerita pendek atau komik. Sehingga Lebih menarik untuk menyampaikan ideologi demokrasi kepada masyarakat,” ujar Gatot.
Menurutnya, radikalisme selama ini selalu dikaitkan kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan agama untuk melakukan propaganda. Tujuannya ingin mendirikan negara sendiri sesuai dengan syariat agama seperti khilafah.