Semarang – Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan menyebut sekitar 39 persen mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi terpapar paham radikal. Data itu berdasarkan hasil penelitian BIN pada 2017.
Budi mengatakan, ada tiga perguruan tinggi yang mendapat perhatian khusus BIN karena disinyalir bisa menjadi basis penyebaran paham radikal. Namun, Budi tak mengungkap nama perguruan tinggi dimaksud.
Selain itu, BIN juga memetakan ada 15 provinsi menjadi perhatian pergerakan radikalisme. Hasil penelitian BIN juga mengungkapkan adanya peningkatan paham konservatif keagamaan.
Survei BIN juga memperoleh data 24 persen mahasiswa, dan 23,3 persen pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat setuju dengan jihad untuk tegaknya negara Islam.
“Kondisi ini mengkhawatirkan karena mengancam keberlangsungan NKRI,” kata Budi saat menjadi pembicara dalam Kongres IV BEM Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) se-Nusantara di Semarang, Sabtu akhir pekan kemarin.
Menurut Budi, perguruan tinggi memang jadi target kelompok radikal menjaring calon teroris. Kondisi itu diperkuat dengan keterlibatan seorang pemuda lulusan salah satu perguruan tinggi negeri yang terlibat dalam teror di Jakarta, beberapa waktu lalu.
“Ini semakin menegaskan bahwa lingkungan kampus sudah menjadi target bagi kelompok radikal untuk memobilisasi calon teroris baru,” ujarnya seperti dikutip Antaranews.
Mantan Wakapolri itu pun berpesan mahasiswa harus mampu memilah. Fenomena radikalisme di kalangan mahasiswa memiliki potensi ancaman yang besar. Ia juga mengingatkan mahasiwa agar tetap berperan strategis mewujudkan masyarakat yang madani. Pasalnya, sejarah mencatat gerakan mahasiswa merupakan motor perubahan di Indonesia.
“Jangan mahasiswa justru diperalat oleh kelompok radikal untuk memecah belah tatanan masyarakat yang kita bangun,” ucap Budi.