Sukoharjo – Mabes Polri menggelar pembekalan wawasan kebangsaan terhadap para santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo. Santri-santri itu adalah mereka yang akan lulus. Wawasan kebangsaan itu berupa interpersonal skill (IPS) yang biasa diperoleh di kepolisian.
Mabes Polri, dalam hal ini Badan Intelkam dan Lemdiklat memberikan materi, mulai dari wawasan kebangsaan hingga motivasi. Diharapkan para santri dapat menjalani kehidupan bermasyarakat dengan nilai-nilai Pancasila.
Kasubdit 3 Baintelkam Mabes Polri, Kombes Pol Yosef Sriyono Joko Handono dikutip dari detik.com mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bentuk sinergitas antara kepolisian dan ponpes. Pembekalan ini menjadi pilot project yang nantinya akan dilakukan di ponpes lainnya.
“Ini yang pertama kita lakukan. IPS ini biasa dilatihkan di kepolisian untuk membentuk karakter anggota polri yang mempunyai wawasan kebangsaan. Dan bisa kita tularkan juga ke segenap stakeholder,” kata Yosef, Jumat (27/4/2018).
Dia mengatakan sinergitas antara dua institusi itu sebenarnya sudah dimulai sejak beberapa bulan yang lalu. Antara lain pengiriman bintara muda di Polres sekitar untuk belajar di Ponpes Al-Mukmin.
“Kemarin dari Polresta (Surakarta) dan Polres (Sukoharjo) mengirimkan bintara muda untuk mondok di sini. Ini kan luar biasa,” ujar dia.
Sementara itu, pejabat Humas Ponpes Al-Mukmin, Muchson, mengatakan juga telah menerima bantuan tiga sepeda motor untuk menunjang ekstrakurikuler perbengkelan. Di ponpes tersebut memang terdapat kegiatan ekstrakurikuler layaknya sekolah lain.
“Ada tata busana, hasta karya, tata boga, salon, sablon, kaligrafi, perbengkelan dan teknisi komputer. Ini bentuk kemandirian agar santri keluar punya keterampilan. Kalau bisa membuat lapangan pekerjaan untuk orang lain,” katanya.
Sebagai ponpes, kata Muchson, tentu ilmu agama menjadi yang dominan diajarkan kepada para santri. Setelah lulus, santri didorong untuk berdakwah di lingkungan sekitarnya.
“Anak-anak kita dorong berdakwah di kampus atau di lingkungan masyarakat. Sebelumnya kita beri bekal, paling tidak gambaran seperti apa hidup di luar pesantren yang heterogen, agar dakwahnya berhasil,” tutupnya.