KAIRO — Mesir tengah melaksanakan pesta demokrasi guna pemilihan Presiden. Namun pesta demokrasi yang sedang berlangsung masih dibawah bayang – bayang teror kelompok teroris ISIS terutama wilayah Sinai. Hingga saat ini masih berlangsung kontak senjata antara pasukan pemerintah dengan kelompok teroris ISIS.
Akibat dari kontak senjata antara pasukan pemerintah dengan kelompok teroris ISIS, warga Sinai merasakan kesulitan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya, terlebih jalur yang menuju ke wilayah Sinai mendapatkan penjagaan yang sangat ketat.
Dikutip dari laman republika.co.id, warga di kawasan tersebut mengaku lebih tertarik mengantri mengambil roti ketimbang masuk ke dalam bilik suara guna menyuarakan masa depan negara.
“Saya memberikan suara karena saya sedang mengantri pembagian roti yang diberikan tentara,” kata seorang guru sekolah Selim Ahmed, Selasa (27/3).
Warga di kawasan tersebut memang tengah mengalami kekurangan pasokan makanan menyusul peperangan melawan teroris ISIS. Pertempuran tersebut membuat militer juga terus melancarkan serangan udara yang berdampak pada terblokirnya akses ke kawasan.
Tentara juga meluncurkan serangan udara, memperketat partroli dan memberlakukan jam malam. Hal itu berujung pada minimnya makanan dan kebutuhan sehari-hari.
Kondisi tersebut sempat membuat enggan warga di Semenanjung Sinai untuk meninggalkan rumah dan masuk ke bilik suara. Hampir tidak ada pemilih yang memberikan suara mereka di kawasan tersebut pada hari pertama pemilu.
“Orang-orang disini mengantri makanan bukan pemilu. Tempat pemungutan suara kebetulan berada dekat dengan antrian makanan makanya saya memberikan suara,” kata Selim Ahmed lagi.
Militan ISIS memang menebar ancaman kepada warga negara Mesir untuk tidak mengikuti pemilu. Meski demikian, Komisi Pemilihan Umum Mesir sebelumnya mengatakan jika partisipasi pemilih di kawasan utara Sinai sangat baik.
Sementara, pengawas pemilu di Sheikh Zuweid, lokasi yang berbatasan dengan jalur Gaza Ahmed Raouf mengatakan, hanya ada satu warga yang mendatangi lokasi pemungutan suara. Angka itu berbanding jauh dari sekitar 6.000 daftar pemilih tetap yang ada di daerah tersebut.
“Warga takut keluar rumah karena ada operasi militer ditambah ancaman yang diarahkan pada tempat pemungutan suara,” kata Ahmed Raouf.
Seperti diketahui, proses pemungutan suara dalam Pilpres kali ini dilakukan selama tiga hari hingga Rabu (28/3) besok. Pilpres Mesir ini diikuti dua kandidat dan bertarung memperebutkan hampir 60 juta suara pemilih tetap yang telah memenuhi syarat.