Bandung – Pengamat Hukum dan Tata Negara dari Universitas Pasundan Bandung, Dr Tugiman SH, MSi mengatakan, akar permasalahan terorisme yang masih marak terjadi di Indonesia adalah sikap radikali masyarakat yang mempertentangkan negara atau ideologi Negara yaitu Pancasila dengan agama.
Dikatakan, akar masalah terorisme adalah sikap radikal. Terorisme dengan sendirinya akan mati atau hilang manakala radikalisme tidak berkembang. Indonesia ada karena Pancasila. Nilai-nilai Pancasila telah mengakar dan hidup ditengah-tengah masyarakat Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. Nilai itu antara lain ketuhanan, kemanusian, persatuan, musyawarah, dan keadilan.
“Di tengah globalisasi saat ini diskursus Pancasila dihadapkan dengan radikalisme yang berujung terorisme atau sering juga disebut paham kanan. Belum lagi neo komunisme atau paham kiri dan neo liberalisme. Negara (dalam hal ini ideologi negara) dengan agama jangan dipertentangkan,” kata Tugiman kepada wartawan di Bandung, Senin (28/8/2017).
Menurutnya, ideologi negara itu telah paripurna sejak 72 tahun lalu, dan keduanya merupakan satu kesatuan yang saling mengisi dan melengkapi. Untuk mencegah dan menanggulangi semua itu, harus berangkat dari akar permasalahann yaitu radikalisme dengan penguatan kembali Pancasila kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Kepala Bidang Hukum KONI Jawa Barat itu seperti dikutip dari ‘tagar.id’ mengatakan, menghadapi masalah tersebut, Pancasila adalah yang tebaik bagi bangsa Indonesia. Kita semua tahu bahwa Indonesia ini ada karena Pancasila. Oleh karenanya, Pancasila sebagai ground norm harus terjabarkan dalam sistem kenegaraan. Sekaligus pula, harus dijadikan pedoman serta solusi dalam menyelesaikan berbagai masalah bangsa.
Terkait neo komunisme, Tugiman mengatakan, paradigma baru sekaligus sebagai ciri dominan paham ini cenderung lebih berorientasi pada kekuasaan, pengaruh politik dan ekonomi dengan metode konflik baik vertikal maupun horizontal. Selain terorisme, kini neo liberalisme juga terus menggerogoti Pancasila dengan sistem demokrasi liberal.
“Mereka masuk melalui pengaruh politik dan penguasaan sumber daya alam serta ekonomi, melalui strategi yang dimainkan dengan isu demokratisasi, HAM, lingkungan hidup termasuk juga terorisme,” pungkasnya.