Ternate – Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, Hamdan Juhannis, menegaskan tidak adanya keterkaitan apapun antara agama dan tindak pidana terorisme. Sebaliknya, dia menyebut adanya upaya peralat agama yang dilakukan oleh pelaku terorisme.
Ini disampaikan oleh Hamdan saat menjadi pemateri di kegiatan dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme di kampus IAIN Ternate, Maluku Utara, Rabu (2/8/2017).
“Kenapa mereka (pelaku terorisme, Red.) menggunakan isu agama? Karena pada prinsipnya setiap orang membutuhkan kepercayaan, membutuhkan agama, dan itulah yang dimanfaatkan untuk memperkuat ideologi ektrimis,” tegas Hamdan.
Hamdan juga meminta kalangan mahasiswa sebagai generasi muda untuk lebih meningkatkan kreatifitasnya, jauh melebihi kreatifitas yang dimiliki pelaku terorisme. Dia juga meminta mahasiswa tidak masuk ke kelompok generasi nekad yang melakukan jihad karena adanya kesalahan dalam proses asuh.
“Jangan hanya karena membaca satu literatur sudah yakin pemahamannya benar. Perbanyak membaca, karena sedikitnya bahan bacaan akan mempersempit wawasan dan cenderung mejadikan orang fanatik,” pesan Hamdan.
Dalam paparannya Hamdan juga tak segan mengkritik materi dakwah yang biasa disampaikan oleh LDK, yaitu seputar ilmu keagamaan yang digiring ke pemikiran ekstrim. Dia mendesak mahasiswa yang tergabung di LDK untuk memperluas materi dakwahnya. “Ada hal-hal mendasar seperti kebersihan, kedisiplinan dalam menuntut ilmu yang justeru dilupakan LDK dalam dakwahnya. Merantaulah kalian supaya bisa melibat keragaman pedaban dan mengetahui adanya perbedaan di masyarakat,” pungkasnya.
Pesan yang hampir sama disampaikan Asisten II Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Utara, Ali Syarif. Dia mengingatkan mahasiswa yang tergabung di LDK memiliki kerentanan yang lebih untuk terpapar paham radikal terorisme.
“Sadar atau tidak, kalian berada di posisi yang sangat dekat dengan radikalisme. Oleh karena itu terus waspada, karena proses pencarian jati diri seperti kalian rentang dimanfaatkan kelompok radikal untuk memutasi ideologinya,” tegas Ali.
Ali juga mendorong LDK bisa menjadi motor dalam pencegahan penyebarluasan paham radikal terorisme di lingkingan kampus dan tempat tinggalnya di tengah masyarakat. “Ambil peran (pencegahan) itu, jangan justeru terlibat dalam penyebarluasannya,” pungkasnya.
Dialog Pelibatan LDK dan Birokrasi Kampus di IAIN Ternate terlaksana berkat kerjasama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku Utara. Kegiatan yang sama sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2017. [shk/shk]