Bengkulu – Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Bengkul, Iskandar Ramis, menyesalkan adanya sekelompok masyarakat yang menolak Pancasila dan menjadikannya tidak lagi sebagai dasar Negara. Ditegaskannya, Pancasila dan Agama tidak memiliki pertentangan apapun.
“Jangan ada yang berfikir Pancasila dan agama itu bertentangan,” tegas Iskandar saat membuka kegiatan Coaching Leader Enumerator dalam rangka Survey Nasional Daya Tangkal Masyarakat terhadap Radikalisme di Kota Bengkulu, Rabu (3/5/2017).
Iskandar menjelaskan, di dalam al-Quran terdapat ayat jenis mutasyabih, di mana manusia boleh berijtihad menggunakan akalnya untuk melaksanakan perintah dalam ayat dimaksud. Pancasila memang produk pemikiran manusia, tapi umat Islam tidak dilarang untuk menjadikannya sebagai dasar Negara.
“Karena Pancasila merupakan ideologi untuk menjadi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan al-Quran menegaskannya dalam ayat mutasyabih,” tegas Iskandar.
Terkait potensi radikalisme di Bengkulu, dia menegaskan kondisinya masih relatif kondusif. Akan tetapi catatan sejarah masa lalu disebutnya wajib menjadi pijakan untuk terus meningkatkan kewaspadaan.
“Doktor Azahari pernah singgah di Bengkulu, dan di ada pelaku bom di Jakarta yang berasal dari Bengkulu. Meskipun kondisinya sekarang kondusif kita tidak boleh lengah,” pesan Iskandar.
Purnawirawan polisi yang pernah menjawab Wakil Gubernur Bengkulu itu juga mengatakan, survey nasional yang digagas BNPT merupakan langkah strategis untuk mengukukur secara langsung tingkat radikalisme di masyarakat. “Semoga dari survey ini kita bisa tahu perkembangan radikalisme dan bisa menentukan langkah yang tepat untuk mengatasinya,” pungkasnya. [shk]