Palangkaraya – Guru Besar Fakultas Usluhuddin dan Studi Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Syahrin Harahap, menegaskan Pancasila sebagai dasar negara sudah tidak relevan untuk diperdebatkan.
“Perdebatan mengenai Pancasila sebagai dasar negara sudah selesai masanya. Pancasila diperdebatkan hanya pada saat perumusan Pancasila itu sendiri,” kata Syahrin saat mejadi narasumber di kegiatan Pelibatan Lembaga Dakwah (LDK) dalam Pencegahan Terorisme di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (30/3/2017).
Kegiatan Pelibatan Lembaga Dakwah (LDK) dalam Pencegahan Terorisme di Palangkaraya dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan menggandeng Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Tengah. Kegiatan serupa akan dilakukan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2017. Selain Syahrin Harahap, turut hadir sebagai narasumber dalam kegiatan di Palangkaraya adalah pengajar Kajian Timur Tengah di program Pascasarjana Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah, dan mantan narapidana terorisme, Nasir Abbas.
“Jika ada aliran atau paham yang meragukan Pancasila sebagai dasar negara, atau bahkan berencana menggantinya, aliran itu wajib ditolak. Bangsa Indonesia sudah secara bulat menerima Pancasila sebagai dasar negara,” tambah Syahrin.
Dalam paparannya Syahrin mengatakan, Pancasila adalah kita. Dia mengungkapkan 4 alasan terhadap pandangannya, yaitu Pancasila adalah kristalisasi dari budaya Indonesia, kepribadian bangsa, dan yang harus diyakini bersama Pancasila adalah falsafah bangsa. “Yang keempat, sikap rohani bangsa Indonesia terhadap masyarakat dan negara tertuang utuh di dalam Pancasila,” tegasnya.
Atas pandangannya tersebut, Syahrin mengajak peserta kegiatan yang terdiri atas mahasiswa dan birokrasi kampus untuk selalu mencintai dan mengamalkan setiap nilai di dalam Pancasila.
“Jika (kalian) ingin jadi pemimpin, kalian harus memahami Pancasila dengan baik dan benar, dan mengamalkannya,” pungkas Syahrin. [shk]