INI KATA SASTRAWAN MUDA TENTANG RADIKALISME DAN TERORISME

SURABAYA (16/3/17) — Sastrawan dan budayawan muda Aan Mansur dalam Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dengan Komunitas Seni dan Budaya yang diselenggarakan oleh FKPT Provinsi Jawa Timur mengatakan salah satu faktor maraknya paham-paham radikalisme dan terorisme karena seni dan budaya sudah tidak lagi diperhatikan dalam beberapa dekade terakhir ini. Menurutnya bahwa baru dalam dua tahun ini minat membaca buku-buku sastra mulai kembali meningkat bila dibanding tahun-tahun sebelumnya. Beberapa tahun lalu buku-buku sastra tidak begitu laku di Indonesia dan sebaliknya tema-tema keagamaan menjadi sangat ralis  di tanah air. Satu sisi sangat positif karena minat mengetahui agama semakin kuat tetapi di sisi lain fenomena telah membuka gap yang begitu lebar antara kebangsaan dan nasionalisme.

Katanya sekolah-sekolah tingkat menengah dan atas sudah tidak sama dengan dulu. Dulu kelompok-kelompok seni dan budaya hampir ditemukan di setiap sekolah bahkan di kampus-kampus sehingga lahir budayawan-budayawan dan sastrawan yang telah memainkan peran dalam menjaga keutuhan bangsa ini. Kini kelompok-kelompok itu sudah menghilang bahkan tidak sedikit sekolah dan kampus di nusantara ini yang tidak lagi memiliki kelompok seni dan budaya. Sebaliknya justru yang menjamur adalah kelompok-kelompok pemikiran dan aliran keagamaan.

Menurut Aan Mansur yang puisi-puisinya sudah menasional bahkan telah menghiasai film nasional ada apa di balik cinta mengatakan bahwa langkah BNPT melibatkan seniman dan budayawan dalam menangkal paham radikal terorisme di tengah masyarakat khususnya kepada anak muda merupakan langkah tepat. Kenapa? Karena katanya sastrawan memiliki pendekatan kultur yang sangat mendalam dan menyentuh hati seseorang. Mereka yang senang sastra dan seni tidak akan mudah terpengaruh paham-paham kekerasan dan sebaliknya para seniman dan budayawan mampu melakukan perubahan karakter dengan pendekatan sangat humanis.

Kata dia di Barat semua orang khususnya yang terkait dengan  pelayanan publik dianjurkan belajar seni sastra dan puisi seperti dosen, dokter dan lain-lain. Tujuannya agar mereka dapat melayani masyarakat sesuai karakter masyarakat itu sendiri. Ilmu Humaniora menjadi sangat penting dalam masalah ini termasuk dalam mengikis paham paham radikal terorisme. Pendekatanya harus lunak dan tidak mesti harus selalu kasar karena justru akan semakin menambah jumlah pengikutnya.