Nusa Dua — Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius dalam paparannya pada The Second International Meeting on Counter Terrorisme (IMCT) yang diselenggarakan di Nusa Dua Bali 10 Agustus 2016 menegaskan bahwa terorisme adalah musuh semua bangsa mengingat aksinya sudah terjadi dimana-mana mulai dari Eropa hingga Asia.
Sejak ISIS muncul ke permukaan isu Foreign Terorisme Fighter (FTF) menjadi masalah baru bagi semua negara termasuk Indonesia, karena pelaku aksi terorisme bukan saja dari lokal tetapi juga dari luar yang masuk ke dalam negara tertentu dan kemudian melakukan berbagai aksi teror.
“Ironisnya karena internet yang kini marak digunakan sebagai jalur komunikasi menjadi sarang teroris untuk memperlancar komunikasi antara sesama guna melakukan tindakan atau perekrutan anggota baru”. Demikian kata Alius.
Fenomena hijrah ke wilayah konflik sebagaimana yang terjadi saat ini dimana orang-orang radikal banyak yang hijrah ke Irak dan Suriah sebelumnya sudah terjadi di Indonesia. Dimana beberapa tahun lalu ratusan warga negara indonesia hijrah ke Afghanistan dan bergabung dengan kelompok radikal terorisme disana.
Apa yang terjadi di Bali beberapa tahun lalu merupakan efek hijrahnya orang-orang ini ke Afghanistan, dan pemerintah tidak ingin hal ini terjadi kembali setelah mereka yang berangkat sekarang ini kembali dari Irak dan Suriah.
Dalam kesempatan tersebut kepala BNPT juga menekankan bahwa penyelundupan manusia perlu menjadi konsen semua pihak karena perekrutan yang dilakukan oleh anggota ISIS bagian dari penyelundupan manusia.
Selain itu ia juga menyampaikan program deradikalisasi yang kini digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam menekan radikalisme. Program ini telah memberikan hasil yang cukup siginifikan karena dilakukan secara massif.
Deradikalisasi dimaksud menggunakan pendekatan-pendekatan kultur dan keagamaan seperti pertemuan dengan keluarga teroris dan rehabilitasi bagi mereka yang telah sadar.
Selain itu Suhardi mengungkapkan bahwa pihaknya juga menggunakan pendekatan narasi agama yang lunak dan toleransi untuk menekan pengaruh paham-paham ekstrim seperti takfiri yang banyak merusak pengikut-pengikut radikalisme terorisme.
Dalam menutup statementnya Suhardi menegaskan bahwa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasioal komit terhadap mekanisme penanggulangan terorisme yang disepakti oleh masyarakat internasional dan konsisten menanggulangi fenomena ini secara terus menerus.