Ada Motif Balas Dendam Dibalik Teror Sarinah

Jakarta – Aksi terorisme di Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016), bisa dicegah melalui pembinaan yang baik terhadap keluarga dan lingkungan masyarakat. Para pelaku teror bom apalagi bom bunuh diri biasanya anak-anak muda yang belum punya pemahaman agama dan ideologi yang kuat.

“Faktor keluarga dan lingkungan sangat vital dalam mendeteksi dini setiap gerakan-gerakan negatif yang berpotensi jadi gerakan terorisme. Kalau di setiap keluarga dan lingkungan bisa memperkuat keamanan baik warganya maupun wilayahnya, tentu aksi-aksi teror seperti itu bisa cepat dideteksi karena biasanya orang yang akan melakukan tindakan terorisme, gerak-geriknya bisa diketahui,” ujar Pengamat Terorisme dari Barometer Institute Robi Sugara di Jakarta, Kamis (14/1/2015).

” Meski sasarannya adalah pos polisi tapi tidak boleh disepelekan, karena di sekitar Sarinah banyak berkumpul orang asing,” kata Robi.

Dari aksi teror yang terjadi ini, Robi mengungkapkan bahwa aksi seperti ini merujuk pada aksi terorisme yang pernah terjadi di Mumbai, India. Ia bahkan bisa memastikan bahwa model-model teror ini dilakukan kelompok ekstrimis Al Qaeda atau ISIS. Apalagi ISIS sudah pernah merilis dan mengancam untuk melakukan teror seperti teror Paris di Indonesia. Kalau model terornya, ia menilai para pelaku menggunakan model bom serentak di beberapa tempat seperti Bom Natal tahun 2000 lalu dengan pelaku yang cukup banyak.

“Motifnya adalah balas dendam setelah aksi penangkapan teroris di beberapa daerah bulan Desember lalu, dan mengancam Kapolri, Kapolda Metro Jaya, dan lain-lain. Mereka sisa-sisa yang tidak terjaring pada operasi polisi kemarin,” ungkapnya.

Robi menegaskan kembali bahwa antisipasi adalah langkah terbaik untuk mencegah teror serupa ke depan. Kendati demikian, ia mengakui cukup sulit untuk melakukan deteksi kelompok-kelompok mereka (teroris) yang ada di Indonesia. Apalagi sekarang mereka lebih banyak beroperasi melalui dunia maya (internet).

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Pencegahan Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Brigjen Pol Drs Hamidin. Menurutnya, mereka disinyalir terkait dengan beberapa tersangka yang telah ditangkap Polisi di Bekasi, Mojokerto, dan Bandung.

“Misi mereka sebelumnya adalah target besar seperti Polda Metro dan Mabes Polri. Setelah gagal, mereka menyisir targetseperti pos-pos polisi,” jelas Hamidin.

Presiden Joko Widodo telah mengutuk keras aksi terorisme tersebut. Menurutnya, aksi teror seperti itu tidak akan berhasil meruntuhkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Presiden Jokowi juga mengungkapkan bahwa prinsip terorisme adalah membunuh satu orang untuk menyebarkan ketakutan kepada jutaan orang.

“Jangan bantu tindakan terorisme dengan turut menyebarkan ketakutan dan foto korban dengan berlebihan karena mereka ingin kita overreact dan hidup dalam ketakutan,” kata Presiden Jokowi.

Seperti diketahui, pos polisi di Jalan Thamrin dan kawasan bisnis Sarinah, Jakarta Pusat, diledakkan oleh sekelompok teroris, Kamis siang. Aksi itu menewaskan 6 orang korban dan beberapa lainnya mengalami luka-luka.