YOGYAKARTA – Paham radikalisme yang terjadi di masyarakat saat ini semakin terbuka lebar. Apalagi, adanya jaringan kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang pahamnya tersebar luas melalui internet. Dosen Department of International Relations, National University of Singapore (NUS), Bilver Singh menyebutkan mudahnya paham radikalisme bukan hanya karena ada faktor lingkungan, tapi melalui teknologi yang mudah terakses seperti internet.
“Paham Radikalisme yang menyebar dengan mudah itu tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi masa depan negara-negara ASEAN,” kata Bilver saat menjadi pembicara dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Ahmad Syafi’i Ma’arif School of Political Thought and Humanity Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Minggu(11/10/2015).
Dia mengaku, penyebaran radikalisme di ASEAN saat ini sangat terlihat dan dilakukan secara terbuka, seperti yang terjadi di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Salah satu faktor penyebab tersebarnya paham tersebut juga melalui internet yang telah berkembang saat ini. Akibatnya, banyak masyarakat yang mengetahui paham radikal hingga masuk ke dalamnya.
“Sebuah data penelitian mengungkapkan bahwa saat ini, banyak masyarakat dunia yang mengakses website terkait penyebaran paham radikalisme. Hal ini tentunya menandakan bahwa penyebaran radikalisme ini sudah cukup mendunia dan tidak hanya terjadi di kawasan Asia,” jelasnya.
Dia menyebut faktor lingkungan keluarga juga mempengaruhi seseorang menganut radikal. Dari lingkup keluarga menyebar ke masyarakat, hingga menular ke negara. Untuk itu, kata dia, masyarakat dunia tidak boleh hanya berdiam diri dan pasrah dengan permasalahan radikalisme ini. Penyebaran paham radikalisme tersebut sebagai tantangan yang harus dihadapi dan dilihat secara kritis. Karena masuknya radikalisme itu bukan hanya berkaitan dengan agama, atau khususnya Islam, melainkan juga berhubungan dengan politik dan ekonomi dalam suatu negara.
“Untuk itu dibutuhkan adanya pengaruh kebudayaan untuk menangani penyebaran radikalisme ini, khususnya di ASEAN. Revolusi yang dilakukan dengan pendekatan kebudayaan, diharapkan mampu menekan penyebaran radikalisme,” katanya.
Selain itu, dibutuhkan pula interaksi yang erat antar negara ASEAN untuk menangani penyebaran paham radikalisme ini. Karena pada dasarnya, ASEAN merupakan sebuah organisasi yang tak terpisah diantara negara-negara ASEAN.
Sumber : Okezone