Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendata, hingga tahun 2017 terdapat 41 orang anggota kepolisian wafat akibat tindak pidana terorisme. Wujud dari upaya pencegahan, istri polisi yang tergabung dalam Bhayangkari diajak untuk terus mengedepankan kewaspadaan.
Pelibatan Bhayangkari dalam pencegahan terorisme dikemas dalam kegiatan Rembuk Kebangsaan Perempuan Pelopor Perdamaian Antiradikalisme dan Terorisme di Gedung Bhayangkari kompleks Mabes Polri, Rabu (30/8/2017).
“Selain 41 anggota kepolisian meninggal dunia, ada sekitar sembilan puluhan yang terluka. Artinya apa? Artinya terorisme bisa menyasar siapa saja, termasuk polisi,” ungkap Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen. Ir. Hamli, M.E. di pembukaan kegiatan.
Hamli menambahkankan, pihaknya menghadirkan beberapa narasumber untuk kegiatan ini. Yaitu Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasarudin Umar, M.A., Ketua Wahid Foundation, Yenny Wahid dan Direktur Indonesian Conference on Religion and Peace, Mohammad Monib. “Sudah jelas terorisme tidak sejalan dengan ajaran agama apapun, dan itu akan dijelaskan lebih jauh oleh Prof Nasarudin,” tambahnya.
Dijadikannya polisi sebagai sasaran aksi oleh pelaku terorisme, masih kata Hamli, dikarenakan tudingan pemerintah adalah kelompok kafir. Polisi sebagai aparat keamanan pemerintah dianggap sebagai bagiannya.
“Makanya di Tengerang ada seorang anggota kepolisian yang dikejar-kejar oleh pelaku terorisme dengan membawa senjata api. Itu karena polisi kafir yang pantas dibunuh,” terang Hamli.
Menyikapi situasi tersebut, mantan Analis Utama Densus 88 Antiteror Mabes Polri tersebut mendorong anggota Bhayangkari untuk ikut mewaspadai bahaya terorisme. “Kami juga mohon ibu-ibu Bhayangkari untuk terus menyemangati suamianya dalam bertugas. Ketidaktakutan polisi dalam bertugas adalah bentuk perlawanan kepada terorisme,” pungkasnya.
Wakil Ketua Umum Bhayangkari, Mulyani Syafrudin, menyambut baik ajakan dari BNPT. Dalam sambutannya, Mulyani menyampaikan peran ibu sangat vital dalam pencegahan terorisme.
“Terutama di dalam keluarga. Ibu-ibu harus bisa menjaga jangan sampai anak-anak kita terpapar paham raadikal terorisme dan terjerat ke dalam kelompok pelaku terorisme,” kata Mulyani.
Mulyani juga mengatakan, perempuan perlu mengedepankan kewaspadaan terkait terorisme, karena perkembangan terbaru menunjukkan keterlibatan perempuan sebagai pelaku. “Tapi mereka menjadi pelaku karena tertipu. Mereka dibujuk dengan alasan-alasan keagamanaan yang salah,” pungkasnya.
Rembuk Kebangsaan Perempuan Pelopor Perdamaian merupakan salah satu metode yang dijalankan di kegiatan Pelibatan Pemuda dan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme. Satu metode lainnya adalah Workshop BNPT Video Festival, rangkaian dari lomba video pendek BNPT 2017. [shk/shk]