Washington – Sebanyak 400 mantan anggota ISIS akhirnya bertobat dan memilih bergabung dengan pasukan milisi yang berada dibawah koalisi Amerika Serikat (AS) awal Januari lalu. Keputusan itu diambil setelah mereka diampuni pasukan Kurdi
Kabar itu diungkap Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Vassily Nebenzia. Ia menyampaikan kekhawatiran tersebut. Menurutnya, orang-orang yang dilepaskan oleh kelompok Kurdi Suriah itu adalah termasuk komandan lapangan dan ‘pejabat khalifah’.
Selain itu, 120 orang yang diberi pengampunan itu, masuk ke dalam kelompok Tentara Demokratik Suriah (SDF) yang mendapat dukungan Amerika.
“Faktanya, masalah semacam ini tetap tidak diperhatikan sebagai bukti standar ganda yang berkaitan dengan teroris,” ujar Nebenzia seperti dilansir dari Anadolu Agency dikutip dari republika.co.id, Jumat (9/2).
Nebenzia menambahkan, semua yang menyerahkan bantuan secara langsung atau tidak langsung kepada ISIS harus ikut bertanggungjawab.
Pernyataan tersebut muncul setelah pasukan AS bentrok dengan pasukan yang bersekutu dengan rezim Bashar al-Assad pada Rabu malam kemarin di Suriah timur.
Pentagon mengatakan, AS mendukung pasukan SDF menyusul adanya serangan yang tidak beralasan dari pasukan pro-rezim Suriah. “Penasihat koalisi bersama SDF, dan tindakan ini dilakukan untuk membela diri,” kata juru bicara Pentagon, Dana White.
Nebenzia mengecam Amerika dan mengatakan Rusia melihat sebuah upaya mencemarkan nama baik terhadap Rusia yang berupaya mencapai penyelesaian politik. “Begitu kita memiliki kemajuan di bidang politik, kita melihat upaya ini setiap saat,” katanya.
“Rusia diundang ke Suriah oleh pemerintah yang sah untuk membantu mengalahkan para teroris, dan kami melakukannya sejak 2015. Amerika tidak pernah diundang, siapa yang agresif? Katakanlah kepada saya,” kata Nebenzia.