Semarang- Setiap ada kejadian atau aksi terorisme, selalu ada pihak yang menilai deradikalisasi yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), gagal. Padahal tuduhan-tuduhan itu salah besar. Pasalnya, para pelaku aksi terorisme akhir-akhir belum tersentuh program deradikalisasi karena program deradikalisasi dilakukan kepada eks narapidana terorisme (napiter), keluarga, dan orang yang pernah terpapar terorisme.
Pun faktanya, deradikalisasi yang telah dilakukan telah membuat ratusan bahkan ribuan mantan teroris dan eks napiter “sembuh” dan kembali ke NKRI. Terbukti banyak mantan napiter kini aktif melakukan deradikalisasi dan kontra radikalisasi dalam melawan radikalisme dan terorisme.
Salah satunya dibuktikan dengan 30 orang mantan napiter di Jawa Tengah (Jateng) yang siap berdakwah di bulan Ramadan 1442 Hijriah untuk kepada generasi milenial. Para napiter itu tergabung dalam Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) akan meluruskan pemahaman jihad yang sesuai dengan akidah agama yang sebenarnya, dan bukanlah jihad sesat dengan melakukan serangan bom yang memakan korban banyak.
“Kami di sini membuka diri, lewat Ramadan kami siap berdakwah melawan terorisme dan radikalisme. Pemahaman agama yang salah harus diluruskan, terlebih pemahaman jihad yang sesat dengan main bom atau senjata api,” ungkap Ketua Yayasan Persadani Machmudi Hariono alias Yusuf di Semarang, Senin (12/4/2021), dikutip dari CNN Indonesia.
Persadani juga ingin menyasar kalangan milenial sebagai audiens mereka dalam berdakwah seiring maraknya pemahaman terorisme dan radikalisme yang sudah masuk ke kelompok milenial. Salah satunya adalah pelaku penyerangan di Mabes Polri yang merupakan wanita berusia 25 tahun.
“Lebih baik yang audiens milenial karena sekarang trennya sudah beda. Aksi teror di Mabes Polri sudah menjadi bukti bahwa milenial menjadi kelompok yang mudah disusupi karena bisa lewat medsos dan internet. Nah kita disini sebagai eks pelaku akan melawannya dengan dakwah pas Ramadhan,” tambah Yusuf.
Sikap terbuka eks teroris inipun langsung diambil oleh Polrestabes Semarang yang akan memfasilitasi tempat di beberapa masjid, musala, dan pesantren. Kapolrestabes Semarang Kombes Pol. Irwan Anwar akan memberikan ruang untuk berbagi kisah dan diskusi secara berkelanjutan bagi para eks napiter tersebut.
“Kita langsung respons, akan kita bawa rekan-rekan eks napiter ke Masjid, Mushola dan Pesantren. Jadi benar-benar dakwah yang menyejukkan, bukan yang memprovokasi untuk melakukan terorisme dan radikalisme,” kata dia.
Senada, Kepala Satuan Intelijen dan Keamanan Polrestabes Semarang AKBP Danang Kuswoyo mengaku akan membukan forum diskusi terkait gagasan ini.
“Nanti kita buatkan forum atau ruang diskusi. Kami terima kasih sekali dengan rekan-rekan Persadani,” ujar dia.
Persadani sendiri beranggotakan 70 orang eks napiter yang pernah terafiliasi ke beberapa kelompok seperti Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharut Daulah (JAD) maupun kelompok Aceh.