Bujumbura – 26 orang tewas dan enam lainnya terluka akibat serangan kelompok diduga teroris di sebuah desa di Ruhagarika, provinsi barat laut Cibitoke, Burundi, Jumat (11/5) malam lalu.
Belum diketahui jelas tujuan dari serangan tersebut. Namun sejumlah pihak menduga kuat serangan terkait rencana referendum amendemen konstitusi, termasuk perubahan perpanjangan masa jabatan presiden yang akan berlangsung 17 Mei mendatang.
Menteri Keamanan Burundi, Alain Guillaume Bunyoni, di lokasi kejadian, Minggu (13/5) kepada wartawan mengatakan, 24 orang tewas di tempat dalam serangan tersebut. Sementara dua korban lagi meninggal dalam perawatan di rumah sakit setempat.
“Untuk keterangan lebih lanjut kami kami masih melakukan penyelidikan terhadap motif dan tujuan serangan. Kami juga masih melakukan indentifikasi kelompok pelaku serangan yang diduga teroris tersebut,” kata Bunyono disitat dari AFP.
Secara terpisah, seorang wanita yang selamat dari serangan mengatakan para penyerang mendatangi desa sekitar pukul 10 malam. Mereka, sambungnya, langsung menembaki dan membakar rumah warga.
“Beberapa korban dihabisi dengan senjata tajam. Sebagian lagi tewas ditembak dan ada beberapa lagi dibakar hidup-hidup,” jelas wanita yang tak ingin namanya disebutkan karena alasan keamanan.
“Saya sendiri kehilangan suami dan dua anak akibat serangan kelompok tersebut,” lanjutnya.
Seorang petugas polisi di lokasi kejadian tak berani memberikan banyak penjelasan kepada wartawan. Dia cuma memberi isyarat ada empat keluarga yang menjadi target serangan tersebut dan keempatnya dikepalai orang-orang yang disebutnya sebagai agen polisi.
“Saat meninggalkan lokasi para penyerang dilaporkan berteriak: di mana orang-orang yang kamu percaya untuk menyelamatkan mu,” ucapnya.