25 Kasus Terorisme Domesti Tercatat Dalam Serangan di Gedung Capitol

Washington DC – Menteri Angkatan Darat AS, Ryan McCarthy mengatakan setidaknya 25 kasus terorisme domestik tercatat di AS sebagai akibat dari serangan pendemo ke gedung parlemen (Capitol) oleh pendukung Presiden Donald Trump pada Rabu (6/1/2021) lalu. Departemen Kehakiman juga menyatakan dua orang lagi ditangkap sehubungan dengan kerusuhan pada Rabu.

Jason Crow, anggota DPR Komisi Angkatan Bersenjata, mengatakan bahwa McCarthy mengaku kepadanya bahwa Pentagon mengetahui “kemungkinan ancaman lebih lanjut yang ditimbulkan oleh calon teroris” pada hari-hari hingga pelantikan Presiden terpilih dari Partai Demokrat, Joe Biden pada 20 Januari mendatang.

“Senjata laras panjang, bom molotov, alat peledak, dan tali ditemukan, yang menunjukkan bencana yang lebih besar dapat dicegah,” kata Crow.

McCarthy meyakinkannya bahwa Pentagon sedang bekerja dengan penegak hukum lokal dan federal untuk mengkoordinasikan persiapan keamanan setelah apa yang dia gambarkan sebagai “pelaporan ancaman penegakan hukum yang tidak memadai” menjelang Rabu lalu.

Senator dari Partai Republik AS pada Minggu meminta Trump untuk mengundurkan diri. Dia mengatakan presiden yang akan habis masa jabatan itu terancam menghadapi kasus pidana setelah penyerbuan gedung Capitol oleh para pendukungnya tak lama setelah dia secara tidak berdasar menantang hasil pemilu 3 November dan mendesak mereka untuk “berperang”.

Lima orang tewas dalam serangan itu, termasuk seorang petugas polisi. Seorang petugas polisi lannya yang menghadapi serangan itu kemudian meninggal saat tidak bertugas, tetapi penyebabnya belum dirilis secara resmi.

Crow mengatakan dia menyuarakan keprihatinan besar tentang laporan bahwa anggota militer aktif dan cadangan terlibat dalam serangan itu. Karena itu dia mendesak McCarthy untuk mempercepat penyelidikan dan pengadilan militer dan memastikan tidak ada pasukan yang akan dikerahkan pada 20 Januari yang bersimpati kepada militan domestik.

“McCarthy setuju untuk mengambil “tindakan tambahan””, kata Crow seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (11/1/2021).