WASHINGTON – Ketika kelompok teroris ISIS menguasai sebagian wilayah Suriah, mereka kerap memaksa para wanita untuk dinikahi. Setelah kelompok teroris tersebut terusir dari wilayah yang mereka kuasai banyak dari mantan istri mereka yang dipaksa menikah kini berjuang melawan ISIS, mereka banyak tergabung dalam Unit Perlindungan Perempuan (YPG).
Vian 26 tahun, dan Zhyan 18 tahun merupakan sebagian kecil dari wanita – wanita yang dipaksa menikah ketika kelompok teroris tersebut menguasai kota mereka. Dua orang bersaudara tersebut dinikahi oleh anggota teroris ISIS sebelum pasukan lokal yang didukung oleh Amerika membebaskan kota Al-Shaddadi dan mengusir kelompok teror tersebut dari wilayah mereka.
Viand an Zhyan adalah nama samaran. Kedua kakak beradik itu mengambil nama itu dari dua rekan perempuan mereka yang tewas dalam pertempuran melawan ISIS.
“Mereka memaksa kaum perempuan untuk menikah, apakah sang perempuan sudi atau tidak. Saya menikahi orang ISIS ini, tinggal bersamanya selama satu bulan, dan kemudian melarikan diri,” ujar Zhyan kepada VOA via www.voaindonesia.com, Kamis, (19/7).
Zhyan dinikahi oleh anggota teroris ISIS yang berasal dari Arab Saudi. Sementara Vian menikah dengan seorang pejuang ISIS lokal.
Kakak beradik itu mengatakan kepada VOA, bagi mereka perang melawan ISIS adalah hal pribadi.
Vian mengatakan ia bergabung karena ingin menjadi bagian dari kekuatan yang memberikan suara kepada perempuan dan tidak memaksa mereka bertindak berlawanan dengan kehendak mereka.
Zhyan mengatakan ia bergabung karena ingin menghadapi suaminya. “Jika ia masih hidup, saya ingin membalas dendam dengan tangan saya sendiri,” ujar Zhyan.
Kota Al-Shaddadi berada di propinsi Al-Hasakah, sekitar 38 kilometer dari perbatasan dengan Irak. Kota itu dikuasai ISIS pada Mei 2014.
Pasukan Demokratik Suriah SDF yang didukung Amerika pada 2016 melancarkan operasi Wrath Khabur yang berhasil membebaskan kota itu dari tangan ISIS.