Jakarta – Dunia internasional sampai saat ini masih menghadapi ancaman nyata aksi terorisme. Saat ini ada dua kelompok teroris yang menjadi kiblat para teroris di muka bumi, yakni Al Qaeda serta Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
“Saya perlu laporkan, bahwa di dunia saat ini ada dua kutub besar kelompok terorisme yang menjadi kiblat teroris di planet bumi ini,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Komjen Rycko Amelza Dahniel dalam rapat dengan Komisi III DPR, Rabu (7/6/2023).
Rycko menyampaikan, kelompok teroris yang berkiblat pada Al Qaeda umumnya lebih sering menyerang simbol-simbol barat, seperti serangan bom yang terjadi di Bali pada dekade 2000-an lalu.
Di Indonesia, kelompok ini beraktivitas menggunakan nama Jemaah Islamiyah yang telah bermetamorfosis ke beberapa kelompok. Sementara itu, kelompok teroris yang berkiblat pada ISIS umumnya menjadikan aparat negara, seperti TNI dan Polri, serta tempat-tempat ibadah sebagai target mereka. Jamaah Ansharut Daulah dan Mujahidin Indonesia Timur adalah kelompok teroris yang berkiblat ke ISIS.
Rycko pun menyampaikan bahwa jaringan dua kelompok teroris tersebut di Indonesia semakin besar, ditandai dengan semakin gencarnya penindakan yang dilakukan oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror.
“Ada kesan, ada anggapan, kelompok Jemaah Islamiyah ini sudah tidak ada lagi, sebenarnya mereka sedang melakukan konsolidasi, pola rekrutmen, meningkatkan kemampuan dan menggalang dana,” kata dia.
Rycko menyebutkan, hal itu terbukti dari penangkapan terduga teroris yang berafiliasi dengan kelompok ini di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat dalam beberapa waktu terakhir.
“Ini menunjukkan bahwa jaringan itu terus melakukan konsolidasi, mempersiapkan, dan apabila mereka sudah siap, sumber daya sudah cukup, mereka akan melakukan tindakan,” kata Rycko.
Rycko menuturkan, kelompok yang berkiblat ke ISIS nyatanya juga terus berkembang meski terkesan tidak besar karena tidak menyerang simbol-simbol negara barat. Malahan, menurut Rycko, masyarakat dari negara barat justru sudah dimanfaatkan untuk gabung dalam kelompok teroris yang berkiblat kepada ISIS.
“Jika kita tidak hati-hati menangani kasus seperti ini, jaringan teroris ini bisa digunakan untuk kepentingan barat agar tidak menyerang kepada simbol-simbol barat,” ujar dia.