Raqqah – Lebih dari 2.500 mayat telah digali dari puing-puing di Raqqah, Suriah. Sebagian besar mereka adalah warga sipil yang tewas akibat kampanye militer koalisi AS terhadap ISIS di kota tersebut.
“30.000 rumah di Raqqah telah hancur dan 25.000 rumah hancur sebagian. Sejauh ini sekitar 2.500 mayat telah digali dari reruntuhan,” kata Direktur Senior Riset Global Amnesty International, Anya Neistat dalam konferensi pers yang diadakan di Beirut pada Sabtu (13/10).
“Sejauh ini (tim pencari) mampu mengidentifikasi mayat-mayat itu, mereka percaya bahwa mayoritas adalah warga sipil. Dan mayoritas penduduk sipil ini tewas akibat serangan udara koalisi,” tambahnya.
Neistat mencatat, bahwa sekitar 80 persen dari kota ini hancur. Sementara dana untuk rehabilitasi hampir habis. “Benar-benar mengejutkan di Raqqah, betapa sedikit dalam tahun terakhir ini sebenarnya telah dilakukan untuk membawa kehidupan kembali ke kota,” katanya.
Sekretaris Jenderal Amnesty International yang baru, Kumi Naidoo, ketika mengunjungi Raqqah satu tahun setelah kampanye koalisi AS menggambarkannya sebagai sebuah “kehancuran mengerikan dan kehancuran manusia”.
“Apa yang saya lihat di Raqqah mengejutkan batin saya,” ungkapnya seperti dikutip Middle East Monitor.
“Kota ini adalah bangunan yang dihancurkan dengan bom, sangat sedikit air yang mengalir atau listrik, bau kematian menggantung di udara. Siapa pun masih bisa tinggal di sana bertentangan logika,” imbuhnya.
Serangan oleh koalisi pimpinan AS tidak hanya membunuh ratusan warga sipil tetapi juga menelantarkan puluhan ribu orang, yang kini kembali ke kota dalam reruntuhan. Sementara itu banyak lainnya menderita di kamp-kamp pengungsian.