Baghdad – Sedikitnya tiga orang tewas dan 12 lainnya luka-luka akibat serangan 18 roket menghantam pangkalan militer yang menampung pasukan Amerika Serikat di Irak, Rabu (11/3) malam waktu setempat.
Seperti dikutip dari AFP, tiga orang tewas itu terdiri dari satu tentara dan kontraktor AS, serta seorang pasukan Inggris. Seorang pejabat AS mengatakan serangan itu merupakan paling mematikan dalam beberapa tahun terhadap pangkalan militer di Irak yang menampung pasukan asing.
Serangan 18 roket itu menghantam pangkalan udara Taji di utara Baghdad yang menampung pasukan koalisi pimpinan-AS. Tentara tersebut ditempatkan di sana untuk membantu pasukan lokal memerangi ISIS. Militer Irak mengatakan roket itu ditembakkan dari belakang truk.
Hingga saat ini, pihak Washington maupun London belum mengomentari soal kematian tentara mereka.
Hujan roket tersebut merupakan serangan ke-22 ke fasilitas AS di Irak sejak Oktober tahun lalu. Di sana terdapat sekitar 5.200 tentara AS bersama pasukan lokal.
Meski demikian hingga kini tidak ada satu pun pihak yang mengaku bertanggung jawab atas rentetan serangan itu. Tetapi AS menuding kelompok Hashsha al-Shaabi berada di balik serangkaian serangan tersebut.
Hashsha al-Shaabi merupakan kelompok yang didukung Iran, yakni jaringan militer yang secara resmi dimasukkan ke dalam pasukan keamanan negara Irak.
Pada akhir Desember lalu, serangan roket ke markas K1 di utara Irak menewaskan seorang kontraktor AS dan menyebabkan serangkaian peristiwa dramatis.
Sebagai balasan atas kematian kontraktor, AS meluncurkan sejumlah serangan ke Irak. Termasuk meluncurkan pesawat tak berawak hingga menewaskan perwira tinggi militer Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani dan salah satu tokoh militer Irak, Abu Mahdi al-Muhandis.
Faksi-faksi yang saling berselisih bersumpah untuk membalas dendam kematian tersebut. Mereka mengusir pasukan AS keluar dari Irak. (H