Pekalongan – Sebanyak 164 terduga teroris ditambah pelaku teror di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Indramayu sudah ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. Dari jumlah tersebut, 20 orang di antaranya ditembak mati petugas.
“Tapi tolong, yang dilihat aksi teror di Yogyakarta dan Indramayu itu bukan inisiatif pelaku, melainkan petugas yang mengejar mereka,” kata Kapolri, Jenderal Pol Tito Karnavian saat berkunjung ke kediaman ulama kharismatik Habib Lutfie bin Ali Yahya, di Pekalongan, Jateng, Selasa (17/7).
Ditambahkan Kapolri, sejak dulu pihaknya sudah menyampaikan bahwa kasus terorisme dengan undang-undang yang lama membuat para pelaku teror bisa berkumpul, berbisik-bisik, dan menyebarkan ideologi terorisme dengan bebas. Sementara Polri tak bisa berbuat apa-apa karena terganjal soal demokrasi.
“Kasus bom di Surabaya, dengan mereka melakukan pidana telah membuka pintu gerbang bagi Polri dan penegak hukum untuk masuk. Yang semula tertutup pagar demokrasi, sekarang kami baru bisa masuk melakukan tindakan penegakan hukum,” jelas Tito.
“Dan saya sudah perintahkan seluruh jajaran untuk mengejar semua teroris setelah undang-undang yang baru disahkan,” tambahnya lagi.
Secara terpisah, Kepala Bidang Humas Polda DIY, AKBP Yulianto mengatakan, Polda DIY terus menggencarkan peran Satuan Tugas (Satgas) khusus Antiteror untuk mencegah serta mendeteksi aksi terorisme di DIY. Satgas Antiteror tersebut sudah terbentuk pada awal 2018.
Ditambahkan Yulianto, selain berkaitan dengan pengamanan menjelang perhelatan Asian Games, peran Satgas yang terbentuk di level Polda DIY juga terus dioptimalkan. Satgas Antiteror Polda DIY juga terlibat dalam tugas menjamin keamanan pada setiap agenda kunjungan presiden ke Yogyakarta.
Saat upaya penangkapan terduga teroris di Jalan Kaliurang, KM 10 pada Sabtu (14/7) lalu misalnya, Satgas Antiteror juga turut andil membantu Densus 88.
“Jadi bukan hanya saat Asian Games saja sebetulnya. Tetapi setiap hari memang terus siaga untuk mencegah aksi teror,” pungkas Yulianto.