Roma – Keberadaan kelompok militan ISIS terbukti memang belum habis. Meski ISIS telah runtuh di di khalifahan mereka di Suriah dan Irak sejak akhir 2018 lalu, namun ISIS masih ‘bergentayangan’ menebarkan paham-paham kekerasan mereka. Tidak hanya itu, para anggota ISIS juga masih melakukan aktifitas ekonomi untuk mengumpulkan dana. Salah satunya dengan membuat dan menjual narkoba dalam jumlah luar biasa.
Hal itu diketahui setelah Polisi Italia dilaporkan menyita 14 ton narkoba buatan ISIS senilai Rp 16 triliun. Ini merupakan penangkapan narkoba terbesar di dunia. Barang haram itu, berbentuk 84 juta tablet Captagon yang disembunyikan di dalam produk industrial itu bernilai sekitar 1 miliar euro.
Dalam keterangan Kepolisian Naples, obat psikotropika tersebut hendak dijual ke Eropa, dengan dana hasil penjualannya digunakan untuk mendanai terorisme.
“Kami tahu ISIS mendanai kegiatan terorisnya dari penjualan narkoba yang dibuat di Suriah, yang dalam beberapa tahun terakhir jadi produsen amphetamines terbesar dunia,” ujar seorang pejabat polisi Italia.
Dijelaskan, tiga kontainer mencurigakan awalnya sampai di Salermo, selatan Naples, dan berisi gulungan kertas untuk industri, begitu juga mesinnya. Setelah gulungan kertas dan dan roda gigi dipotong, aparat menemukan tablet dengan gambar dua setengah lingkaran, simbol dari Captagon. Video yang dipublikasikan oleh Kepolisian Naples menunjukkan pil itu tumpah, begitu mereka membuka paksa gulungan tersebut.
“Ini merupakan penyitaan terbesar amphetamines yang terjadi di seluruh dunia,” jelasnya dikutip dari AFP Rabu (1/7/2020).
Captagon, yang adalah nama sebuah merek, awalnya dibuat untuk keperluan medis. Tapi versi ilegalnya disebut sebagai ” Obat Jihad”. Sebabnya dalam keterangan polisi Italia, obat itu secara luas digunakan oleh anggota ISIS ketika terjun ke medan pertempuran.
Mengutip Badan Penegakan Obat AS (DEA), Kepolisian Naples menyatakan kelompok teroris itu memanfaatkan wilayah yang mereka kuasai untuk menjual narkoba. Begitu pabrik didirikan, otoritas menyebut sangat mudah bagi teroris untuk memproduksi jumlah besar narkoba untuk mendapatkan dana.
Kepolisian menuturkan, jumlah barang haram yang berhasil mereka sita dikatakan bisa “memuaskan seluruh Eropa”, tanpa menjabarkannya.
Selain anggota ISIS, “konsorsium” geng kriminal diduga terlibat dalam distribusi obat, termasuk keyakinan mafia kuat asal Naples, Camorra, turut di dalamnya. Sumber tersebut mengungkapkan, kemungkinan praktik produksi dan distribusi narkoba sintetis di Eropa terhenti sejak virus corona melanda.
“Banyak penyelundup, termasuk konsorsium, beralih ke Suriah yang. nampaknya, sama sekali tidak mengendurkan produksinya,” jelasnya.
Dua pekan lalu, juga di pelabuhan Salermo, polisi juga menyita kontainer yang dikirim dari Suriah berisi 2.800 kilogram ganja. Selain itu juga terdapat lebih dari satu juta pil amphetamines dengan simbol yang sama seperti yang disita pada Rabu waktu setempat. Harian La Repubblica melaporkan, polisi curiga karena kontainer tersebut, yang nampaknya berisi meja dan baju olahraga, tujuannya adalah Libya melalui perusahaan Swiss.