Paris – Sebanyak 13 mayat tentara Prancis yang tewas pekan lalu di Mali tiba di negara mereka, kata kepala staf militer Prancis pada Minggu (01/12/2019). Para tentara itu tewas dalam insiden tabrakan dua helikopter saat bertempur menghadapi kelompok ekstrimisme di Mali tengah.
Dikutip dari AFP, Juru bicara Kepala Staf Militer Prancis, Frederic Barbery mengatakan bahwa mayat-mayat itu saat ini sudah berada di Prancis. Ia tidak memberi rincian lebih lanjut. Barbery menekankan bahwa para keluarga diberi kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal sebelum upacara penghormatan resmi yang akan diadakan pada Senin di Paris.
Kawan-kawan mereka mengucapkan perpisahan di pangkalan Gau, Mali, sebelum sebuah pesawat militer mengangkut 13 peti mati ke Prancis.
Hal itu dikabarkan militer Prancis dalam Tweet di akun resmi Tweet itu disertai foto upacara pemberangkatan mayat saat matahari terbenam.
Peti mati itu ditutupi dengan bendera Prancis. Seorang tentara membawa bendera bertulis “Operasi Barkhan” yang dipimpin Prancis untuk memerangi para jihadis di Sahel.
Tiga belas tentara tewas dalam kecelakaan dua helikopter selama operasi militer terhadap jihadis yang mengejutkan Prancis pada 25 November lalu. Ini merupakan korban terbesar Prancis di luar negeri sejak pemboman 1983 di markas besar Prancis di Beirut yang menewaskan 58 orang.
Lembaga AS pemantau aktivitas jihadis di dunia maya, SITE, mengatakan bahwa organisasi Daulah Islamiyah (ISIS) mengaku di balik penyebab kecalakaan itu. Kedua helikopter bertabrakan saat menghindar dari kejaran senjata pejuang ISIS.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Prancis Florence Parli mengatakan perang melawan jihadis di Sahel akan memakan waktu “lama”. Ia meminta negara-negara Eropa dan internasional mendukungnya dalam operasi ini.
Prancis memburu jihadis di Afrika Barat di bawah sandi Operasi Barkhan. Sedikitnya 4.500 tentara Prancis dikerahkan dalam operasi ini, dengan didukung ribuan pasukan lokal. Namun setelah enam tahun berjalan, para jihadis semakin aktif di Mali utara. Bahkan mereka memperluas operasi ke negara tetangga, seperti Burkina Faso dan Niger.