Pekanbaru – Anggota Dewan Pers, Anthonius Jimmy Silalahi, menekankan media sosial adalah ‘senjata’ baru pelaku terorisme dalam mencapai tujuan atas aksi yang dilakukannya. Masyarakat diminta tidak ikut membantu tercapainya tujuan tersebut.
“Satu foto atau video (kejadian terorisme, Red.) saja Anda sebarkan, sama artinya sepuluh tepuk tangan kemenangan teroris. Mari bijak menggunakan media sosial,” kata Jimmy saat menyampaikan materi di kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat di Kota Pekanbaru, Rabu (25/7/2018).
Penegasan dari Jimmy tersebut sebagai pengingat agar maraknya penyebaran foto dan video atas aksi terorisme, salah satunya penyerangan Mapolda Riau beberapa saat lalu, tidak kembali terulang. Dikatakannya juga, menyebarluaskan foto atau video aksi terorisme sama artinya menebar ketakutan ke masyarakat yang bahkan tidak ada di lokasi kejadian.
“Saya ingin bertanya. Siapa yang tidak takut melihat aksi di Mapolda Riau kemarin? Ketika kalian takut, jangan sebarkan ketakutan itu ke yang lainnya!” tandas Jimmy.
Dalam paparannya mantan presenter TVRI tersebut juga menyinggung maraknya peredaran hoaks atau berita bohong, yang dinilianya bisa ditungangi kepentingan penyebarluasan paham radikal terorisme.
“Jika diteliti, hoaks berisi ujaran kebencian, ajakan radikalisme, itu dibuat disebar pelaku terorisme. Jika kalian terus-menerus ikut menyebarkan hoaks, sama artinya kalian belajar menjadi teroris,” tegas Jimmy.
Sementara sebagai kapasitasnya sebagai anggota Dewan Pers, Jimmy mengajak peserta dari kalangan wartawan atau jurnalis untuk selalu patuh terhadap kaidah jurnalistik dalam menjalankan tugas-tugas kewartawanan. Dalam konteks pencegahan terorisme, Jimmy menyebut BNPT dan Dewan Pers telah melahirkan Pedoman Peliputan Terorisme yang layaknya menjadi pegangan dalam proses peliputan, penulisan dan penyebarluasan berita.
“Pedoman Peliputan Terorisme bisa diunduh di laman Dewan Pers, ada di sana,” kata Jimmy.
Kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat di Kota Pekanbaru terlaksana atas kerjasama BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Riau. Kegiatan yang sama sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2018.
Di bidang Media Massa, Hubungan Masyarakat dan Sosialisasi, BNPT dan 32 FKPT tahun ini juga menggelar Lomba Karya Tulis Jurnalistik untuk kalangan wartawan atau jurnalis dan Pers Mahasiswa. Tema yang diangkat sata seperti gelaran lomba tahun sebelumnnya, yaitu kearifan lokal sebagai sarana pencegahan terorisme.
“Detail informasi tentang lomba karya jurnalistik bisa diunduh di laman FKPT Center. Poster pengumuman lomba, formulir pendaftaran dan formulir surat penyataan ada di sana,” kata Staf Deputi bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Rusdiansyah Batubara. [shk/shk]