Anak SMA Lebih Rentan Terpapar Radikal Terorisme Dibandingkan Santri

Jakarta – Murid-murid dari Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih rentan
terpapar paham rdaikal terorisme dibandingkan para santri dari
pesantren. Hal itu terjadi karena murid-murid SMA memilki pemahaman
dasar agama yang lebih rendah, dibandingkan anak-akan pesantren.

“Ini fakta. Kalau di pesantren biasanya anak-anak sudah diajari
dasar-dasar agama, tapi kalau SMA umumnya pemahaman agama tidak begitu
kuat, sehingga gampang sekali didoktrin, diberikan pemahaman keagamaan
yang sesungguhnya melenceng dari nilai-nilai agama itu sendiri, ”
terang Direktur Eksekutif Damar Institute HM Suaib Tahir, Lc, MA, PhD,
saat menjadi pemateri Pelatihan Guru Dalam Rangka Menumbuhkan
Ketahanan Satuan Pendidikan Dalam Menolak Intoleransi, Kekerasan, dan
Bullying di Jakarta, Selasa (11/6/2024).

Kegiatan ini adalah bagian dari Kegiatan Sekolah Damai Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI). Pelatihan guru
ini diikuti kurang lebih 70 guru dari tujuh SMA di Jakarta Timur.

Suaib menilai, fakta itulah yang membuat program Sekolah Damai BNPTRI
ini sangat penting. Pasalnya, ini akan menjadi investasi masa depan
bagi bangsa Indonesia dalam rangka menyelamatkan anak muda dari
paparan intoleransi, kekerasan, dan bullying, yang menjadi tiga dosa
besar di satuan pendidikan.

“Karena kita bertanggungjawab membina anak-anak kita agar jadi warga
negara yang baik. ini bagian investasi kita untuk bangsa dan negara
ini,” tutur pakar Timur Tengah ini.

Lebih lanjut, ahli tafsir jebolan Al Azhar dan Universitas Islam
Khartoum, Sudan ini, menguraikan bahwa guru memliki peran strategis
dalam pencegahan intoleransi, kekerasan, dan bullying. Hal itu karena
guru banyak banyak berinteraksi dengan anak-anak murdin selain orang
tua. Karena itu semua sepakat pekerjaan guru pekerjaan paling mulia
dan pahalanya berlipat ganda.

Ia berharap melalui sosialisasi program Sekolah Damai, tiap sekolah
sudah memiliki standar tertentu untuk dijadikan pedoman pencegahan
dini terhadap paham-paham tersebut diatas. Untuk itu, para guru harus
mengerti tanda-tanda atau ciri seseorang terpapar paham radikal
terorisme. Pasalnya, kalau tidak paham susah kita melakukan deteksi
dini.

Suaib melanjutkan, bahwa ada beberapa indikator sekolah damai. Salah
satunya adalah memiliki sistem pencegahan dini. Selain itu, para guru
juga mengerti ciri-ciri seseorang terpapar. Itu penting agar bisa
cepat mengambil tindakan bila melihat seseorang sudah mulai berubah.

“Seseorang jadi teroris tidak ujug-ujug, melaui proses mulai
intoleran, ekstrem, radikal, kemudian jadi teroris.. Yang pasti, kalau
ekstrem dan radikal belum tentu teroris, tapi teroris pasti radikal
dan ekstrem,” jelasnya.

Ia menguraikan beberapa ciri-ciri iuntuk mengenali seseorang terpapar
radikal terorisme. Pertama mereka sangat eksklusif, tidak mau bergaul
dengan sembarangan orang.  Kedua intoleransi, mereka tidak bisa
menerima perbedaan. sangat ekstrem, dan mengaggap paling benar, serta
tidak mau menerima pandangan orang. Kemudian anti budaya lokal, bahkan
mengharamkan local wisdom. Terakhir anti modernisme.

“itu tanda-tanda orang mulsi terpapar paham rdikal. tidak hanya di
kalangan orang islam, di agama lain juga ada fenomena seperti ini,”
tandas bos SoBa Internasional Travel ini.