Wantimpres Muzadi: Minta Pimpinan Ponpes se-Jabodetabek Agar Terus Waspada Terhadap Pengaruh Radikalisme

K.H. Hasyim Muzadi dalam paparannya di depan kurang lebih 900 peserta dialog dari kalangan pimpinan pondok pesantren se-jabodetabek yang diselenggarakan di Hotel Kartika Chandra 23 Juni 2016 atas kerjasama BNPT dengan IPIM menyampaikan bahwa  acara yang diselenggarakan oleh BNPT ini sangat penting karena akan membahas radikalisme yang menjadi ancaman bagi kita semua. Radikalisme terorisme adalah sebuah gerakan transnasional yang bukan saja  berdampak local akan tetapi juga global.

Dalam setiap pertemuan yang diselenggarakan oleh Ikatan Intelektual Islam sedunia dimana ia menjadi salah satu pendiri selalu menekankan pentingnya untuk melakukan pendekatan penyelesaian terorisme secara komprehensif karena Islam itu sendiri mengajarkan penyelesaian yang selalu komprehensif dengan mengedepankan semua pertimbangan termasuk masalah sosial, ekonomi dan pendidikan serta kemiskinan. Demikian kata Muzadi.

Hasyim menilai situasi saat ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Jika sebelumnya para wali-wali dulu pekerjaannya adalah meng-islamkan orang orang kafir akan tetapi saat ini wali-wali kita yang berjenggot itu justru mengkafirkan orang Islam. Ini sebuah ironi kondisi umat Islam saat ini yang sangat menyedihkan.  Mereka sama sekali tidak memahami kenapa umat Islam Indonesia bisa mencapai jumlah  90% dari total penduduknya?  Tentu ini tidak bisa dilepaskan dengan kerja para ulama-ulama dan wali-wali kita dulu yang  berdakwah secara professional.

Islam tidak meminta kepada ummatnya agar membentuk negara Islam akan tetapi yang dituntut adalah pelaksaaan nilai-nilainya bukan bentuknya. Di beberapa negara tidak ada bentuk Islam tetapi nilai-nilai Islam ada. Sebaliknya beberapa negara bentuknya adalah Islam tetapi nilai nilai Islam tidak ada. Di negara non-muslim semua barang yang hilang di jalan bisa kembali ke pemiliknya karena peraturan negaranya akan tetapi di negara Islam justru semua barang kita hilang dicuri orang. Ini juga karena aturan di negeri kita tidak sama dengan di negara lain atau belum sepenuhnya memiliki nilai-nilai Islam.

Terkait isu terorisme yang kini menjadi fokus pembahasan kita perlu dipaham secara benar dan menyeluruh sehingga kita tidak terbawa arus. Di satu negara sering kali terorisme itu lahir sendiri dalam negara itu. Disisi lain terorisme juga sering diciptakan oleh orang lain di negara tertentu agar negara itu bisa diserang dan dikuasai. Hal ini merupakan sebuah fakta sebagaimana yang terjadi di beberapa negara sejak beberapa dekade terakhir ini akan tetapi umumnya diantara kita tidak begitu paham sehingga dalam menyelesaikan masalah terorisme seringkali salah kaprah. Hasyim menekankan bahwa dirinya telah beberapa kali menyampaikan bahwa penyelesaian masalah terorisme harus melibatkan semua tokoh agama karena ini terkait dengan pemahaman agama.

Para teroris itu selalu mengklaim bahwa saat ini harus perang melawan pemerintah yang dianggap kafir padahal dalam Islam tidak ada teroris tapi yang ada adalah perang. Itupun memiliki karakteristik tersendiri. Pemboman dan pembunuhan bukan bentuk perang.

Beberapa waktu lalu putra salah satu ulama besar di Suriah yaitu Ramadhan El Buthi mendatanginya dan menyampaikan tentang ayahnya yang tewas akibat serangan ISIS. Dari penjelasan tersebut . Hasyim menegaskan bahwa Alquran telah menekankan bahwa “Seandainya satu penduduk beriman dan bertaqwa maka Allah akan menurunkan berkah dan sebaliknya jika mereka bardusta maka Allah akan memberikan balasan atas apa yang mereka yang lalukan” (ayat).

Dalam akhir paparannya, Hasyim meminta kepada seluruh pimpinan pondok pesantren agar selalu mewaspadai gerakan-gerakan yang akan merusak Islam itu sendiri termasuk seperti gerakan radikalisme terorisme yang mengatasnamakan Islam.