Uni Eropa Belajar dari Indonesia Cara Mengatasi Teroris

Jakarta – Tiga tahun terakhir, aksi terorisme melanda Benua Eropa. Dimulai dari Perancis, di tahun 2015, 130 orang tewas akibat penembakan massal, bom bunuh diri dan penyanderaan yang dilakukan kelompok Islamic State (ISIS).

Masuk ke 2016, tepatnya Juli, Jerman diserang bom bunuh diri. Pelakunya adalah seorang pengungsi asal Suriah. Selain itu masih ada penikaman dan juga penembakan massal.

Tak hanya Perancis dan Jerman, aksi teror berupa penabrakan pejalan kaki juga terjadi di dekat Gedung Parlemen Inggris. Kejadian serupa juga sempat terjadi di Belgia dan ada ancaman bom di Belanda.

Semua negara tersebut tergabung dalam organisasi internasional Uni Eropa. Hingga saat ini, pemberantasan terorisme masih menjadi agenda utama Uni Eropa.

Banyak publik berpendapat, berbagai aksi teror yang mengancam Eropa adalah ulah pengungsi yang masuk. Sejumlah negara Eropa memang memutuskan untuk menampung pengungsi, seperti Jerman dan Spanyol.

“Saya tegaskan, tidak ada hubungannya antara aksi teror dengan imigrasi. Uni Eropa sudah sering menegaskan hal ini,” kata Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guerend kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

“Namun, memang tampak berbeda di mata masyarakat, karena ada dugaan bahwa teror yang terjadi tiga tahun belakang ini dilakukan oleh imigran,” lanjut dia.

Namun, Guerend menambahkan, para imigran tersebut sudah lama tinggal di Eropa. Bahkan, diantaranya sudah memiliki izin bekerja.

“Eropa menerima imigran, tetapi dengan status resmi. Dan semua itu ada prosedurnya jika ingin memasuki Eropa. Jika para imigran berstatus tidak resmi, jelas kami akan pulangkan ke negara asal,” tegas Guerend.

Isu terorisme memang paling banyak dibahas di sejumlah pertemuan internasional. Guerend sendiri mengaku bahwa Uni Eropa bekerja sama dengan Indonesia untuk menangani hal ini.

“Kami belajar banyak dari Indonesia untuk caramengatasi terorisme. Apalagi Indonesia merupakan negara mayoritas berpenduduk Islam,” tutur dia.

Guerend berharap, pekerjaan rumah mengenai terorisme ini dapat segera diselesaikan, sehingga ancaman teror tak kembali menghantui Eropa.