Terorisme dan Perebutan Energi

Kupang – Danrem 161/Wira Sakti, Brigjen TNI, Heri Wiranto, SE, MM., menjelaskan bahwa di depan kita ada radikalisme dan terorisme, dan itu nyata. Meski begitu ia menegaskan bahwa terorisme terjadi karena perebutan sumberdaya alam/ energi.

”Perebutan ini menjadi sumber segala masalah yang terjadi di dunia ini,” demikian jelasnya saat mengisi sesi kedua dalam dialog Pelibatan Masyarakat Dalam Mencegah Paham Radikal-Terorisme Melalui Perspektif Sosial dan Budaya di Provinsi Nusa Tenggara Timur, hari ini, Kamis (09/06/16).

Negeri-negeri dengan persediaan energi yang tinggi selalu menjadi magnet untuk perebutan yang berujung pada pecahnya konflik berkepanjangan. “Libya misalnya, negeri itu dulu kaya raya. Kini hancur karena konflik yang tidak berkesudahan.”

“Nigeria, Sudan, Ukraina juga mengalami hal yang sama, 70% Konflik dunia disebabakan oleh perebutan energy,” lanjutnya lagi.

Berkaca dari fakta di atas, bukan tidak mungkin bahwa Indonesia akan menjadi wilayah yang menjadi incaran konflik serupa. Indonesia bisa menjadi incaran konflik karena kekayaan sumber daya alam yang tinggi. Bahkan konflik yang terjadi bukan tidak mungkin justru dilakukan oleh warganya sendiri, karena meskipun memiliki kekayaan sumber daya alam yang tinggi, masyarakat Indonesia masih banyak yang hidup di bawa garis kemiskinan.

“Negeri kita kaya, tapi rakyatnya masih banyak yang belum sejahtera.”

“Pertanyaan selanjutnya, Apakah NTT menjadi target?” tanyanya,

Ia menjelaskan bahwa semua wilayah di Indonesia memiliki potensi yang sama terhadap ancaman terorisme. Namun NTT tentu memiliki kekhasannya tersendiri, Danrem menyebut NTT sebagai wilayah yang masyarakatnya majemuk, dan kini sedang berkembang menjadi tempat tujuan wisata.

“Ini tantangan, daerah-daerah wisata kerap dianggap sebagai lahan maksiat oleh kelompok radikal,” jelasnya.

Ia kemudian mengingatkan peserta dialog bahwa radikalisme harus segera ditindak, terutama karena radikalisme selalu membawa isu agama, namun hanya pada hal yang buruk saja. Ini ditunjukkan dengan sikap intoleransi, Sweeping, dll., yang banyak ditunjukkan oleh kelompok radikal.

Di akhir paparannya, ia menjelaskan sebuah fakta yang menyedihkan, yakni bahwa di Indonesia tindak terorisme banyak dilakukan oleh anak-anak muda. Ia pun mengingatkan bahwa ancaman lain yang menggerogoti bangsa selain dari radikalisme dan terorisme adalah narkoba. Karenanya ia meminta masyarakat agar mewaspadai semua ancaman itu, tentu agar bangsa ini aman dan tenteram.