Tak Hanya ke Pelaku, Dakwah Bisa Juga ke Korban Terorisme

Konawe Selatan – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Tenggara, H. Abdul Kadir, mendorong bawahannya yang berprofesi sebagai penyuluh agama memiliki kemampuan identifikasi jamaah dalam berdakwah. Terkait terorisme dakwah disebutnya tak hanya bisa dilakukan terhadap pelaku, namun juga korban.

Ini disampaikan Abdul Kadir saat menyampaikan sambutan di pembukaan kegiatan Penguapan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radiaklisme di Kabupaten Konawe Selatan, Kamis (7/6/2018). Penyuluh agama didorong memiliki kepekaan terhadap permasalahan terorisme yang ada di tengah masyarakat.

“Apa yang dialami oleh teman-teman sebangsa kita baik yang menjadi korban ledakan bom maupun yang menjadi korban ideologi sesat, kita memiliki kewajiban merangkulnya,” kata Abdul Kadir.

Dari kepekaan yang ada, lanjut Abdul Kadir,  penyuluh agama disebutnya akan mampu mengidentifikasi dakwah apa yang akan disampaikannya. “Misalnya ke masyarakat yang belum terpapar (radikalisme),  perlu dikuatkan pemahaman agamanya. Tapi jika pelaku tentu harus diluruskan ideologinya,” sambungnya. Dikatakan juga oleh Abdul Kadir, seorang penyuluh agama juga harus mampu mengidentifikasi asupan pengetahuan apa yang bisa diberikannya kepada korban terorisme.

Untuk bisa memiliki kepekaan dan kemampuan identifikasi jamaah dalam berdakwah, penyuluh agama didorong tak bosan mengikuti penguatan kapasitas seperti yang dilaksanakan oleh BNPT. Kementerian Agama Sulawesi Tenggara menyampaikan ucapan terimakasih atas adanya penguatan kapasitas yang dilaksanakan.

Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Andi Intang Dulung, di kesempatan yang sama menempatkan penyuluh agama di garda terdepan dalam dakwah pencegahan radikalisme dan terorisme.  Peran penyuluh agama menjadi salah satu kunci keberhasilan penanggulangan terorisme.

“Penyuluh agama adalah raja mimbar yang setiap   saat berhadapan dengan masyarakat. Mari kita bangun sinergi bersama untuk mencegah radikalisme berkembang di Sulawesi Tenggara,” kata Andi Intang.

Dalam penguatan kapasitas ini, lanjut Andi Intang, BNPT mendorong penyampaian dakwah-dakwah bernuansa damai untuk memupuk kerukuran yang ada di tengah masyarakat, mencegah adanya  sikap intoleransi yang berujung pada radikalisme dan terorisme. “Kita juga perlu terus mendakwahkan bahwa Indonesia berlandaskan Pancasila. Ini penting agar kelompok yang ingin mendirikan negara berlandaskan paham dan keyakinan dari agama tertentu akan akan gagal,” pungkasnya.

Kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menhadapi Radikalisme di Konawe Selatan terselenggara atas kerjasama BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tenggara. Kegiatan yang sama sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2018. [shk/shk]