Sasaran Empuk Propaganda ISIS, Pelajar Harus Dibentengi

Jakarta – Pelajar dan mahasiswa adalah sasaran empuk propaganda kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Tidak hanya melalui kegiatan-kegiatan konvensial, ISIS banyak menyasar kalangan pelajar dan mahasiswa melalui internet atau dunia maya. Untuk itulah para pelajar dan mahasiswa harus dibentengi agar tidak terpangaruh dan bergabung dengan ISIS.

“Mereka (ISIS) memang membidik anggota dari kalangan usia pelajar dan mahasiswa. Jadi kita wajib melindungi para pelajar dan mahasiswa itu dengan memberi pemahaman yang benar tentang agama juga tentang bahaya ISIS. Dan saya kiri ini dipikirkan oleh pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui berbagai kegiatan seperti dialog juga pencanangan Tahun Damai di Dunia Maya,” ujar ustad Arifin Nugroho saat dihubungi, Rabu (12/8/2015).

Seperti diketahui, BNPT menjadikan tahun 2015 sebagai Tahun Damai di Dunia Maya. Hal itu dilakukan sebagai langkah untuk membendung propaganda paham radikalisme, terutama ISIS, yang dinilai sangat pesat melalui internet dan sosial media. Selain itu, dialog-dialog pencegahan paham ISIS juga konsisten digelar seperti Dialog Pencegahan Paham ISIS Untu Pelajar di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Gandaria Selatan, Jakarta, Rabu.

“Kita harapkan melalui dialog itu akan tumbuh pemahaman yang benar tentang istilah-istilah yang digunakan ISIS selama ini seperti jihad dan lain-lain. Tidak hanya bagi pelajar, tapi juga bagi seluruh lapisan masyarakat seperti kepada para imam masjid yang belum lama ini juga digelar oleh BNPT,” imbuh Arifin.

Imam menilai, langkah BNPT ini sudah mengenai sasaran. Khusus buat para imam masjid, menurutnya itu penting untuk deteksi dini paham radikalisme yang ada di lingkungan sekitar imam masjid tersebut. Diharapkan dengan adanya jamaah yang memiliki paham radikal tersebut, imam masjid harus bisa memberikan pemahaman Islam yamg sebenarnya kepada jamaah tersebut untuk mereda paham radikal yang dianutnya.

“Kalau dia melihat di sekitar masjid, pasti ada orang yang radikal, maka sebagai imam yang punya kendali di masjid wilayah tersebut dia bisa dekati orang itu untuk mengajak diskusi ataupun dialog untuk mereda paham tersebut,” tutur Arifin.

Dengan mengetahui hal tersebut menurutnya, imam masjid diharapkan juga bisa mengatakan kepada jamaah yang lain untuk memberikan warning atau mewaspadai kalau ada orang menyebarkan paham radikal di wilayah masjidnya itu sangat berbahaya.

“Bahkan mungkin kalau dia diberikan akses untuk bisa menyampaikan kepada pihak yang berwenang dalam hal ini misalnya kepada BNPT, kepolisian dan sebagainya maka itu akan sangat lebih baik sekali,” tandasnya.