Ribuan Anggota ISIS Masih Bertahan di Irak dan Suriah

Baghdad – Walau Irak dan Suriah bersama sekutunya sudah mengumumkan kemenangan dari kelompok teroris Islamic State Iraq and Syria (ISIS), ternyata masih banyak anggota kelompok itu yang berada di kedua wilayah itu. Koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) mengumumkan, masih ada sekitar 1.000 orang anggota ISIS yang masih bercokol di Irak dan Suriah.

AS yang memimpin koalisi internasional dan membentuk Pasukan Demokratik Suriah (SDF) melakukan serangan udara terhadap ISIS sejak tahun 2014 ketika kelompok tersebut menguasai sepertiga dari Irak. Pasukan AS bertugas sebagai penasihat di lapangan dengan pasukan pemerintah Irak dan kelompok Kurdi dan Arab di Suriah.

“Atas komitmen Koalisi dan kompetensi yang ditunjukkan dari mitra kami di Irak dan Suriah, diperkiraka kurang dari 1.000 teroris ISIS di area operasi bersama gabungan kami. Sebagian besar diburu di daerah gurun pasir timur Suriah dan Irak Barat,” kata koalisi pimpinan AS seperti dikutip dari kantor berita ‘Reuters’, Kamis (28/12/2017).

Sebelumnya, Rabu (27/12/2017), sekutu utama Presiden Suriah, Bashar al-Assad, Rusia juga mengatakan bahwa pertempuran utama dengan ISIS di Suriah sudah berakhir. Menteri Luar Negeri, Sergei Lavrov mengatakan, bahwa tugas utama di Suriah sekarang adalah menghancurkan kelompok ISIS lain, yaitu Jabhah Nusra atau Hai’ah Tahrir Al-Syam (HTS).

“Pertempuran menghadapi ISIS di Suriah telah selesai. Upaya utama kami dalam hal ini sudah berlalu. Maka, misi utama di Suriah saat ini adalah menghancurkan Jabhah Nusrah,” kata Lavrov.

Menteri Luar Negeri Rusia itu meyakini bahwa konferensi nasional Suriah yang akan diadakan di Sochi pada akhir Januari 2018, akan membantu Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengadakan dialog langsung di Jenewa antara oposisi dan pemerintah. Konferensi itu, untuk membentuk delegasi yang real dalam perundingan internasional.

Di sisi lain, faksi-faksi oposisi Suriah menolak adanya konferensi Sochi. Konferensi itu sendiri digelar dan difasilitasi oleh Rusia. Moskow berupaya menekan faksi-faksi oposisi melalui konferensi untuk masuk ke dalam sekenarionya. Rusia juga telah membentuk perkumpulan kelompok oposisi Suriah. kelompok-kelompok ini dipimpin oleh para mantan perwira dan pejabat rezim Assad.