Puisi Sebagai Penyejuk, Obat Mujarab Tangkal Kekerasan

Yogyakarta – Kegiatan Dialog Pelibatan Komunitas Seni Dan Budaya Dalam Pencegahan Terorisme dengan tema “SASTRA CINTA DAMAI, CEGAH PAHAM RADIKAL” yang digagas oleh BNPT melalui FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme) Provinsi Yogyakarta, Kamis, (25/10/2017) menghadirkan budayawan, Eka Widianta dan penyair, Fikar W. Eda. Kedua narasumber mencoba menggugah semangat kebangsaan peserta dialog dengan mengajak seluruh peserta menyanyikan lagu Ismail Marzuki yang berjudul “Indonesia Pusaka”.

Eka budayawan yang pernah menjadi penyiar radio BBC London periode 1981 – 1983 mengatakan seni mampu menjadi penyambung komunikasi secara baik sehingga melibatkan hati di antara kedua belah pihak. Hal yang demikian akan mampu dijadikan sebagai alat penangkal hati yang keras dan meminimalisir penyebaran paham radikalisme di bumi pertiwi.

“fungsi puisi ada tiga di antaranya adalah, Puisi sebagai penyedap komunikasi, kedua melibatkan hati di antara kedua belah pihak dan ketiga untuk mengobarkan semangat” urai Eka.

Selain Eka, narasumber lainya Fikar lebih menekankan perlunya puisi daerah untuk dihidupkan kembali. Puisi daerah sarat dengan makna dan pesan perdamaian, sehingga dapat dijadikan pegangan dalam menyebarkan pesan-pesan damai.

Penyair kelahiran Aceh ini memberikan contoh bagaimana puisi dapat pula dijadikan peringatan dini dan pesan agar manusia berhati – hati akan tanda yang beredar di alam. Menurutnya ketika terjadi Tsunami di Aceh, banyak warga yang terselamatkan karena masyarakat tahu tentang puisi yang berbicara tentang bencana alam dan bagaimana cara agar dapat selamat.

Sebagi penutup ulasannya Eka dan Fikar meminta agar masyarakat lebih mencintai Seni dan Budaya agar hati menjadi lebih lembut sehingga tidak mudah untuk terpapar paham radikal terorisme.