Prestasi Asian Games 2018: Bukan Sekedar Medali dan Peringkat, Tapi Kebangkitan Semangat Kebangsaan

Pagelaran Asian Games 2018 akan segera berakhir. Indonesia dipastikan telah mencapai prestasi yang membanggakan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Raihan 31 emas, 24 perak dan 43 perunggu telah menorehkan sejarah baru yang membanggakan seluruh masyarakat Indonesia. Kesuksesan ini telah membuktikan bangsa ini bisa meraih mimpi di masa depan. Tentu saja masih banyak lahan pembuktian yang lain yang menunggu bangsa dalam pagelaran internasional lainnya.

Dari prestasi ini, banyak yang memberikan perspektif di balik cerita kesuksesan Indonesia dalam Asian Games. Lahirnya anak-anak dari kampung dan kelas menengah ke bawah yang menunjukkan prestasi nasional yang membanggakan. Mereka datang dari keluarga biasa dan saat ini dapat meraih berbagai pujian, bonus dan apresiasi lainnya. Lalu Muhammad Zohri, pemain takraw putri, Lena dan Leni dan mungkin terakhir Wewey Wita. Anak-anak ajaib, begitulah sebutannya, yang lahir dari keluarga biasa dengan mengukir prestasi luar biasa.

Sekali lagi ini bukan persoalan latarbelakang atlet yang katanya berhijab lebih unggul dari pada yang tidak berhijab. Bukan soal tentang Zohri, Lena, Leni, Wewe Wita yang katanya dari keluarga biasa ataupun para pahlawan olahraga yang lain yang telah membawa nama harum bangsa. Bukan pula persoalan prestasi tokoh tertent yang diklaim berperan. Itu hanya narasi-narasi dari perspektif yang mungkin sah saja orang berbicara seperti di kedai kopi atau pinggir jalan sambil menyantap gorengan.

Tetapi saya melihat kesuksesan bangsa kali ini dalam kaca mata kebangkitan semangat kebangsaan yang lahir dari seluruh masyarakat dan menjadi energi positif bagi seluruh pihak yang terlibat dalam perhelatan Asian Games. Sejak pertama kali pembukaan sudah terlihat antuasiasme dan animo masyarakat dalam menyambut perhetalan akbar ini. Sudah lama sebenarnya Indonesia menantikan momentum di mana seluruh masyarakat antusias mendukung tanpa melihat perbedaan kultur, agama, etnis dan suku bahkan pilihan politik. Sudah lama sebenarnya masyarakat menantikan event yang seluruh masyarakat senang,  bahagia, sedih dan menangis bersama atas nama kebangaan nasional.

Selama ini kita selalu dihadapkan pada hajatan besar bernama kontestasi politik yang banyak menelan energi persatuan. Sebuah event nasional yang semestinya ruang menaruh harapan, tetapi terlalu banyak cobaan dan cibiran. Kontestasi semacam itu justru menciptakan polarisasi masyarakat yang teramat tajam dalam kubu pilihan politik. Bahkan pasca pemilihan pun, masyarakat juga tidak segera move on menerima kemenangan dan kekalahan. Tetap saja, konfigurasi dukungan dan perbedaan politik pada Pilpres, Pileg dan Pilkada mewujud menjadi sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, mari sejenak kita impor energi baru dalam kehidupan berbangsa ini melalui semangat yang ditularkan dari Asian Games. Ini bukan saja soal kesuksesan Indonesia menjadi tuan rumah sehingga Negara Sri Lanka ingin belajar banyak dan bekerja sama demi persiapan menuju South Asian Games (Pesta Olahraga Asia Selatan) di Nepal dalam waktu dekat. Ini bukan soal kesuksesan meraih target yang telah ditentukan sehingga seluruh masyarakat menangis haru merespon prestasi tersebut.

Inilah momentum kebangkitan semangat kebangsaan yang dinanti-nantikan oleh seluruh masyarakat. Sebuah semangat yang menyatukan siapapun dan dari manapun dalam kepentingan bangsa dan negara. Energi positif harus terus dirayakan menjadi semangat yang terus berkobar dalam masyarakat. Semangat bangga menjadi Indonesia!

Makanya sejatinya, siapa yang paling berperan dalam kesuksesan kali ini adalah seluruh masyarakat. Kesuksesan ini diraih karena bangsa ini percaya bahwa persatuan dan semangat kebangsaan menjadi modal paling kokoh dalam meraih kemenangan.