Prancis dan Italia Beda Pendapat, Perlawanan Terhadap ISIS di Libya Bisa Melemah

Tripoli – Prancis dan Italia punya perbedaan pendapat tentang bagaimana perubahan harus dilakukan di Libya pada masa pasca-Moammar Gaddafi. Perbedaan itu terungkap ke hadapan publik dalam bulan-bulan terakhir, sehingga meningkatkan keprihatinan di kalangan beberapa analis.

Ketegangan yang berlangsung di antara kedua pihak tersebut dikhawatirkan bisa menggagalkan tugas yang lebih penting, yakni memerangi militan terkait kelompok Islamic State (ISIS) di Libya.

Kelompok teroris ISIS, yang sudah sangat diperlemah dan diusir dari basisnya di Sirte pada 2016 dengan bantuan serangan udara Amerika, kini kembali di beberapa bagian Libya, demikian menurut laporan media lokal.

“Saya berpendapat pertikaian Prancis – Italia akan membuat warga Libya berselisih pendapat dikalangan mereka sendiri, dan ketidak sepakatan ini akan melapangkan jalan bagi kelompok teror seperti Daesh atau ISIS, al-Qaida, kelompok lokal dan fanatik lain meraih momentum,” demikian menurut analis yang berbasis di Tripoli, Moustafa Fetouri kepada VOA, Senin (24/9).

“Kita sudah saksikan ini dalam bentuk serangan terhadap Perusahaan Minyak Nasional Libya, dimana saya ada di situ beberapa menit sebelum serangan terjadi,” kata Fetouri.

Kelompok ISIS di Libya telah menyatakan bertanggung jawab atas serangan bunuh diri terhadap markas Perusahaan Minyak Nasional Libya yang dijaga ketat, di ibu kota Tripoli, yang menewaskan 2 pegawai dan mencederai beberapa lainnya.

Kelompok itu juga menyatakan bertanggung jawab atas serangan pada Mei terhadap markas dari Komisi Pemilihan Libya di Tripli, yang menewaskan paling sedikit satu lusin orang dan mencederai lebih banyak lagi.

Daveed Gartenstein-Ross, peneliti senior di Foundation for the Defense of Democracies di Washington DC, mengatakan, dia berpendapat, ketegangan berlarut-larut antara Italia dan Prancis seputar Libya berpotensi melemahkan upaya kontra-terorisme Eropa di Libya.

“Kemungkinan bentrokan ini akan mengarah ke kebijakan kontra-terorisme yang berbeda-beda untuk Libya,” katanya. “Di masa lalu, ada front Uni Eropa yang kompak,” ditambahkannya.

Beberapa analis berpendapat, inti dari pertikaian Italia dan Prancis seputar Libya adalah kepentingan geo-politik masing-masing. Untuk Italia, Libya yang adalah bekas koloni Italia, negara itu jadi bagian dari lingkup pengaruhnya.

“Saya pikir, bagian yang membuat Italia risau saat ini adalah langkah Prancis untuk mempengaruhi situasi Libya tanpa persetujuan Italia,” kata Matthew Bey, seorang analis global senior di Stratfor, sebuah lembaga kajian di Texas.