Pesantren Mentahkan Paham Radikalisme-Terorisme

Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pesantren telah melahirkan banyak alumni yang memiliki peran penting dalam mewujudkan ajaran agama yang damai dan mendamaikan. Pola pengajaran yang menekankan pada penghayatan ajaran agama melalui pengalaman nyata selama tinggal di pesantren telah menempa para santri untuk dapat memberikan yang terbaik bagi agama dan negeri.

Dalam perkembangannya, pesantren nyatanya tidak hanya berkutat pada urusan mendidik para santri, karena lembaga ini telah pula memberi andil dalam segala upaya terkait pencegahan dan penanggulangan merebaknya tafsir-tafsir sempit atas ajaran agama yang mengajak pada kekerasan dan permusuhan, termasuk radikalisme dan terorisme.

Hal ini salah satunya ditunjukkan dengan dukungan penuh pesantren terhadap berbagai upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah radikalisme dan terorisme. Sebagaimana yang dilakukan oleh pesantren Miftahul Ulum Jakarta Selatan yang memberi ruang seluas-luasnya kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang bekerjasama dengan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) untuk mengadakan dialog pencegahan paham radikalisme di kalangan pelajar pada Rabu (12/8).

KH. Muhyiddin Ishak, selaku pengasuh pesantren Miftahul Ulum, menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan oleh BNPT ini. Ia menyatakan bahwa pesantren menjadi tempat yang representatif untuk kegiatan-kegiatan dialog kegamaan yang berorientasi untuk kemaslahatan bersama.

Sementara itu, ketua IPNU, Khairul Anam menyampaikan bahwa IPNU telah membangun komitmen untuk menciptakan kesinambungan perannya baik di Ponpes maupun di sekolah umum. Salah satunya melalui penanaman nasionalisme dan upaya membendung pemahaman radikal bagi santri dan pelajar.

Bukan rahasia lagi bahwa generasi muda dijadikan sebagai sasaran utama penyebaran paham radikalisme, karenanya pemerintah, yang diwakili oleh anggota komisi VIII DPR RI, Maman Imanul Haq, menyambut baik hajatan BNPT yang merangkul pelajar dan santri melalui IPNU untuk bersama-sama mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Namun pihaknya juga mengingatkan bahwa silaturahmi harus terus ditingkatkan dan dibuat berkelanjutan, agar terbangun komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat.

Ia juga mendorong BNPT agar semakin giat melakukan silatulfikir (tukar gagasan/dialog), tujuannya agar masyarakat dapat memahami makna agama secara lebih baik. Pihaknya bahkan menyatakan bahwa DPR RI akan terus mendukung segala upaya pemberantasan radikalisme terorisme.

Upaya dialog memang menempati posisi penting dalam usaha untuk mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme, karena sebagaimana disampaikan oleh wasekjen PBNU, KH. Abdul Mun’im DZ, ideologi telah dijadikan bagian dari perang politik. Ia memaparkan bahwa Nahdlatul Ulama telah menyiapkan langskah startegis dalam mengawal NKRI dalam membabat penyebaran paham-paham berhaluan kekerasan. Yakni dengan melakukan reorientasi pemikiran, reintegrasi sosial, dan restrukturasi politik.

Kegiatan yang digelar sejak tadi pagi ini ditujukan untuk membentengi generasi muda (pelajar dan santri) dari pengaruh radikalisme dan terorisme agar tidak masuk ke lingkungan sekolah.