Pertemuan Dengan Masyarakat Poso Untuk Menekan dan Mereduksi Radikalisme yang Mungkin Berkembang

Poso – Kabupaten Poso di provinsi Sulawesi Tengah selama ini dikenal sebagai salah satu basis dari gerakan radikalisme dan terorisme. Hal ini berawal dari konflik komunal yang pernah terjadi di tahun 1998 sampai 2001 lalu yang menimbulkan trauma sekaligus menempatkan daerah ini sebagai daerah paling rawan di Indonesia

Apalagi belum tertangkapnya Santoso atau Abu Wardah sampai saat ini menambah stigma Poso sebagai daerah basis kelompok radikal dan teroris tertinggi di Indonesia. Hasil penelitian pemetaan sumber-sumber radikalisme dan konflik di Kabupaten Poso yang dilakukan oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tengah tahun 2015 lalu menunjukkan bahwa sumber konflik utama adalah dendam dan kebencian serta rasa tidak puas terhadap penyelesaian konflik komunal yang pernah terjadi melalui proses dialog Malino.

“Inilah salah satu sumber utama konflik berkepanjangan sampai saat ini, dan sumber lainnya politik, ekonomi dan terakhir masuknya kelompok-kelompok teroris yang membantu kelompok yang tidak puas atas penyelesaian konflik Poso. Dulu kelompok ini menambah runyam penyelesaian Poso baik sebagai daerah basis teroris maupun Poso sebagai daerah yang sangat potensial di provinsi Sulawesi Tengah,” ujar Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol Hamidin usai acara Silaturahmi Tokoh Masyarakat Poso dengan BNPT, Jumat (17/6/2016).

Seperti diketahui bahwa acara Silaturahmi Tokoh Masyarakat Poso dengan BNPT yang digelar di aula rumah dinas Bupati Poso ini dihadiri sebanyak 120 orang tokoh masyarakat Kabupaten Poso. Sebagian besar yang hadir dalam acara tersebut dulunya pernah terlibat dalam konflik Poso.

Hamidin menjelaskan bahwa penanganan terorisme yang ada di Indonesia ini dilalui melalui 3 hal yakni penegakkan hukum (hard approach), kerjasama antar lembaga terkait dan penanganan dengan metode soft approach seperti deradikalisasi, rehabilitasi dan reedukasi

“Jadi apa yang dilakukan dengan melakukan pertemuan dengan para tokoh masyarakat Poso pada hari ini adalah bentuk penanganan secara soft (approach) untuk menekan ataupun mereduksi radikalisme yang mungkin berkembang. Apalagi Poso sendiri dulunya pernah menjadi daerah konflik yang berkembang menjadi daerah terorisme,” ujar alumni Akpol 1987 ini

Untuk itu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai lembaga negara yang diamanatkan menangani terorisme, memandang penting aspek pencegahan yang bersifat lunak dalam upaya mewaspadai berkembangnya paham-paham radikalisme dan terorisme di masyarakat terutama di kalangan generasi muda Poso.

“Diyakini pendekatan soft approach dalam bentuk dialog dan pendekatan lainnya adalah metode yang efektif dalam penyelesaian konflik dari hilir hingga ke hulu, serta memupus paham radikalime dan terorisme di kalangan masyarakat terutama generasi muda,” ujar Hamidin yang dulunya pernah terlibat dalam berbagai operasi dalam konflik Poso.

Oleh karena itu BNPT dalam rangka mengisi bulan suci ramadhan melaksanakan kegiatan pencegahan terorisme di Poso. “Bulan suci ramadhan merupakan momentum yang baik untuk mempererat silatrurrahmi dikalangan umat islam khususnya, dan rasa persaudaraan kebangsaaan,” ujarnya

Hal tersebut didasari masyarakat Poso perlu pendekatan-pendekatan yang lebih menekankan pada pendekatan humanis dalam menjalin komunikasi untuk menghilangkan saling curiga dan meningkatkan rasa saling paling percaya antara masyarakat setempat dan instansi pemerintah.

Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Sub Detasemen Penindakan Densus 88/Anti Teror Mabes Polri ini memberikan contoh bahwa di negara lain tidak ada model pendekatan seperti ini. Dirinya memberikan contoh di negara lain tidak ada yang menikahkan teroris “Sudah ada berapa yang kita nikahkan. Kita berusaha untuk penuhi hak asasinya. Ada yang sakit juga kita yang mengobati. Kita juga melakukan family visit. Saat mereka ada di dalam (penjara), keluarga mereka juga kita kunjungi. Kegiatan tersebut kita lakukan secara berkesinambungan. Di negara lain tidak ada seperti itu,” ujar mantan Kapolres Metro Jakarta Pusat dan Tangerang ini.

Jadi kegiatan ini menurutnya merupakan salah satu langkah strategis dalam upaya untuk mewaspadai radikalisme sebagai bagian dari upaya-upaya pencegahan terorisme di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. “Apalagi momentum di bulan ramadhan ini juga bisa dijadikan langkah untuk mempererat ta;i silaturahmi antara kita dengan mereka,” ujar Hamidin.

Hamidin dalam pertemuan tersebut mengakui kalau sebagian besar tokoh masyarakat Poso yang hadir dalam acara tersebut dulunya pernah berurusan dengan dirinya. “Apa yang terjadi di masa lalu kita lupakan. Apa yang terjadi pada masa lalu merupakan menjalankan amanat negara untuk melakukan penegakan hukum. Dan sekarang kita semua berkumpul bersama dan saling meminta masukan,” ujarnya mengakhiri