Perempuan NTT Diajak Mewaspadai Ancaman Terorisme

Kupang – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus mensosialisasikan bahaya paham radikal dan aksi terorisme di seluruh wilayah Indonesia. Kamis (27/7/2017), giliran kelompok perempuan dari sejumlah elemen di masyarakat Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang dilibatkan dalam kegiatan pencegahan.

Pelibatan perempuan dalam pencegahan terorisme di Kupang dikemas dalam kegiatan Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian.

“Ada lima puluh peserta hadir di kegiatan hari ini. Termasuk kami libatkan adalah perwakilan istri-istri polisi dari Bhayangkari, sesuai arahan dari pimpinan,” kata pendamping bidang Pemberdayaan Pemuda dan Perempuan Subdit Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Pencegahan BNPT, Fahrudin.

Melalui kegiatan ini, lanjut Fahrudin, kelompok perempuan diharapkan bisa tergugah atas peran menjaga perdamaian yang bisa dimilikinya, sehingga bisa terlibat aktif dalam upaya pencegahan terorisme.

Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen. Pol. Ir. Hamli, M.E., dalam pidato kuncinya mengatakan, terorisme adalah tantangan nyata dalam upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terorisme dianggap tidak hanya mengakibatkan kerugian material saja, melainkan juga menimbulkan ketidaknyamanan dalam kehidupan bermasyarakat.

“Terorisme telah membuat kita saling curiga dan memusuhi. Terorisme juga sudah mencabik-cabik ikatan persaudaraan dan nilai-nilai toleransi yang menjadi kultur budaya bangsa,” ungkap Hamli. Dikataknnya, tantangan terbesar terorisme saat ini dipraktikkan oleh ISIS serta sel dan jaringannya di seluruh dunia.

Dalam pidatonya Hamli menyebut ISIS memiliki dampak yang sangat mengerikan, tidak hanya yang dipertontonkan secara vulgar, tapi juga kekhawatiran aksinya menginspirasi generasi muda untuk melakukan kejahatan serupa.

“Itulah kenapa Ibu-ibu dikumpulkan di sini. Harapannya Ibu-ibu bisa mengarahkan konten apa yang dilihat oleh anak-anak kita di media sosial, karena ISIS juga sudah menggunakan media sosial sebagai sarana penyebarluasan kengerian aksinya,” terang Hamli.

Mantan Analis Kebijakan Madya Bidang Penindakan Densus 88/Antiteror Polri ini juga meminta perempuan peserta kegiatan untuk bisa membentengi diri dan anggota keluarganya dari iming-iming bergabung ke jaringan pelaku terorisme. Ditegaskannya, ISIS bukan gerakan yang memperjuangkan agama, melainkan kejahatan yang bertopeng politik.

“Mereka menjual surga, misis suci, gaji besar dan gagahnya menenteng senjata di medan perang. Banyak sudara kita yang tertipu, jangan tambah daftar panjang korban mereka,” pungkas Hamli.

Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian merupakan salah satu metode yang dijalankan dari kegiatan Pelibatan Pemuda dan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme. Satu metode lain yang dijalankan adalah Workshop Video Pendek BNPT, sebuah upaya memberikan pelatihan pembuatan video kepada calon peserta lomba video pendek BNPT 2017.

Kegiatan Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian di Kupang terselenggara atas kerjasama BNPT dan FKPT NTT. Kegiatan yang sama sudah dan akan diselenggarakan di 32 provinsi se-Indonesia di sepanjang tahun 2017. [shk/shk]