Penyuluh Agama Harus Menjadi Garda Terdepan Dalam Menangkal Radikalisme

Ambon – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus berupaya menangkal paham-paham radikal terorisme untuk tidak berkembang atau menyebar di masyarakat. Kali ini bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Maluku dan Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Maluku, kembali mengandeng lapisan masyarakat khususnya para penyuluh agama untuk bersama-sama mewaspadai radikalisme dan terorisme.

Acara yang dikemas dalam dialog dengan mengambil tema “Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama Dalam Menghadapi Radikalisme” ini digelar di Ambon, Kamis (5/4/2018). Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Ir. Hamli, ME, saat membuka kegiatan tersebut mengatakan, kegiatan pelibatan penyuluh agama dalam pencegahan terorisme melalui FKPT ini merupakan ikhtiar dalam mengajak masyarakat untuk mewaspadai radikalisme sebagai bagian dari upaya pencegahan terorisme, dalam rangka merawat perdamaian dan kebhinekaan Indonesia.

“Yang kita perlukan dalam menghadapi berbagai potensi ancaman tersebut tidak lain adalah kebersamaan. Ketika bangsa ini kuat, ketika masyarakat berani, dan ketika seluruh komponen bangsa bersatu menjadikan terorisme sebagai musuh bersama, maka kedamaian akan terjamin. Itulah semangat yang harus tetap kita rawat dan pelihara bersama, yakni semangat kebersamaan dalam melawan dan mencegah terorisme,” ujar Brigjen Pol Hamli dalam sambutannya.
.
Untuk itu melalui momentum ini, dirinya mengajak kalangan tokoh Penyuluh Agama, Guru-guru Madrasah ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Diniyah Awwaliyah (MDA) serta Anggota Ormas Keagamaan yang hadir pada acara tersebut dapat menjadi garda terdepan agen perubahan dalam rangka penguatan kapasitas penyuluh agama dalam menghadapi radikalisme.

“Karena itulah, penyuluh agama sebagai agen pencerah masyarakat, diharapkan menjadi kekuatan dan modal besar untuk membendung paham radikal yang dapat menjerumuskan masyarakat pada aksi kekerasan dan terorisme,” ujarnya.

Dirinya juga sangat mengapresiasi kegiatan pelatihan yang diperuntukkan untuk penyuluh agama dan tokoh agama tersebut. Karena hal ini menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam menanggulangi terorisme. “Pertama, sinergitas seluruh komponen bangsa. Kedua, dalam memerangi radikalisme dan terorisme yaitu dengan cara penguatan nilai-nilai lokal dalam mencegah paham radikal,” ujarnya.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, Kemenag sendiri pada tahun 2017 lalu telah menempatkan para penyuluh agamanya sebanyak 8 orang di setiap desa di seluruh Indonesia untuk melakukan penyuluhan di bidang Pemberantasan Buta Aksara Huruf al-Quran, Zakat, Wakaf, Permasalahan NAPZA/HIV, Pemberantasan Radikalisme/ Aliran Sempalan, Keluarga Sakinah, Haji dan Umrah serta Kerukunan Antarumat Beragama.

“Dan perekrutan penyuluh agama ini dilaksanakan secara ketat, karena bagi penyuluh agama Islam di daerah tertentu ada juga penyuluh agama yang lain harus menguasai beberapa bidang kompetensi, di antaranya moral, ilmu agama, sosial dan komunikasi,” ujar alujmni Sepamilsuk ABRI tahun 1989 ini menjelaskan.

Menurutnya, penyuluh agama sendiri dapat melaksanakan doktrin keilmuannya yang sesuai dengan syariat Islam untuk menderadikalisasi radikalisme. Selain itu penyuluh agama juga memperbanyak intensitas kegiatan pengajian, sosial dan hal positif lain yang dapat meng-kontradoktrin radikalisme.

“Banyak hal yang dapat dilakukan penyuluh agama, di antaranya berafiliasi dengan pemerintah desa hingga provinsi, alim ulama, serta lembaga lain yang berwenang. Pentingnya keberadaan penyuluh agama dalam rangka memberantas, mendeteksi, menetralisir, bahkan menginsafkan penganut radikalisme agar tidak berujung pada aksi-aksi teror. Penyuluh agama merupakan lini terdepan dalam pemberantasan aksi-aksi teror di negeri ini,” kata alumni Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini menegaskan.

Dan menurutnya, BNPT sendiri sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang diamanatkan menangani terorisme telah memandang penting aspek pencegahan yang bersifat lunak dalam upaya mewaspadai berkembangnya radikalisme dan terorisme yang membajak kepercayaan tertentu di masyarakat.

“Pendekatan lunak dalam berbagai bentuk telah kita lakukan, salah satunya yaitu melalui pelatihan dan Buku Dakwah Nusantara Berkemajuan yang ditulis langsung oleh penyuluh agama sebagai pelopor perdamaian. Hal ini merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan daya tangkal masyarakat luas dan menolak ajakan kekerasan yang diinisiasi kelompok radikal terorisme,” kata mantan Kabid Pencegahan Densus 88/Anti Teror Polri ini.

Oleh karena itu dirinya menyampaikan bahwa melalui kegiatan pelibatan penyuluh agama dalam pencegahan terorisme melalui FKPT ini merupakan ikhtiar dalam mengajak masyarakat untuk mewaspadai radikalisme sebagai bagian dari upaya pencegahan terorisme, dalam rangka merawat perdamaian dan kebhinekaan Indonesia.

“Yang kita perlukan dalam menghadapi berbagai potensi ancaman tersebut tidak lain adalah kebersamaan. Ketika bangsa ini kuat, ketika masyarakat berani, dan ketika seluruh komponen bangsa bersatu menjadikan terorisme sebagai musuh bersama, maka kedamaian akan terjamin. Itulah semangat yang harus tetap kita rawat dan pelihara bersama, yakni semangat kebersamaan dalam melawan dan mencegah terorisme,” ujar alumni Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini mengakhiri.