Pengantin ISIS asal Inggris Minta Kewarganegaraannya Dipulihkan

London – Shamima Begum, perempuan asal Inggris yang kabur dan bergabung dengan ISIS, minta kewarganegaraannya bisa dipulihkan. Permintaan itu disampaikan oleh kuasa hukumnya kepada pengadilan banding, dalam audiensi daring yang berlangsung selama dua hari. Selama waktu itu, pengacara Shamima Begum menantang keputusan dari Komisi Banding Imigrasi Khusus (Siac) yang dikeluarkan tahun ini.

Saat itu, Siac menyatakan Shamima tidak dikategorikan stateless (tanpa kewarganegaraan) karena masih mengantongi status warga Bangladesh dari orangtuanya. Shamima, yang kini berusia 20 tahun, kabur bersama dua temanya dari London dan bergabung dengan ISIS di Suriah pada Februari 2015. Mereka hidup di bawah kekuasaan kelompok itu selama empat tahun, sebelum pada Februari 2019 dia menyatakan keinginannya pulang.

Dilansir The Guardian Kamis (11/6/2020), keinginannya untuk kembali diketahui setelah dia ditemukan awak media di kamp penampungan Suriah. Saat itu, dia dalam keadaan hamil sembilan bulan.

Pemerintah Inggris melalui menteri dalam negeri saat itu, Sajid Javid, menginformasikan statu warga negaranya dicabut karena alasan keamanan. Setelah dipindahkan ke kamp al-Roj, di mana saat itu putranya Jarrah meninggal, Shamima mulai melancarkan gugatan kepada Kementerian Dalam Negeri Inggris dan Siac.

Saat membuka argumentasinya, Tom Hickman QC mengatakan isu utamanya adalah ketidakhadiran kliennya untuk menggugat keputusan pencabutan kewarganegaraannya. Menurut Hickman, absennya Shamima untuk membela diri membuat keputusan yang ditelurkan oleh pemerintah Inggris melanggar hukum. Dia menyatakan keputusan tersebut sudah merusak keadilan “alamiah”, bahkan tidak bisa dikategorikan memberikan kepuasan secara minimum.

“Kasus Shamima Begum adalah kasus pertama yang ditangani Siac, di mana bahkan penggugat tidak mendapatkan proses yang adil dan efektif,” keluhnya.

Organisasi HAM Liberty memutuskan terjun dalam kasus itu, di mana mereka berusaha meningkatkan hak Shamima melawan praktik “pencabutan kewarganegaraan”.

Dalam keterangan yang dirilis di luar pengadilan, Katie Lines, pengacara Liberty membeberkan mencabut status warganya adalah sikap pemerintah yang tak bertanggung jawab.

“Ada cara lain, termasuk penggunaan kekuatan hukum, yang bisa dilakukan ketika menagani pelaku terorisme,” jelas Lines.

Adapun Sir James Eadie QC, yang mewakili kementerian dalam negeri, menyatakan absennya Shamima adalah imbas dari pilihannya sendiri. “Dia meninggalkan Inggris, bepergian ke Suriah melawan imbauan Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran, dan bergabung bersama ISIS,” jelasnya.

Eadie menambahkan, fakta Shamima bisa berbicara dengan pengacara adalah bukti bahwa proses yang dijalaninya bukanlah tidak adil. Persidangan tersebut dilaporkan masih berlangsung, dengan hakim diyakini akan memberikan keputusan pada beberapa hari mendatang.