Peneliti di London Temukan Perpustakaan Digital Terbesar Milik ISIS

London – Peneliti dari Institute of Strategic Dialogue (ISD) di London menemukan salah satu perpustakaan digital terbesar berisi puluhan ribu file milik ISIS yang tersimpan dalam jaringan (daring).

Dikutip dari BBC, Jumat (4/9), perpustakaan digital tersebut berisi lebih dari 90.000 file dan diperkirakan memiliki 10.000 pengunjung setiap bulan.

Para peneliti menduga, penemuan ini mengungkap bagaimana kelompok ekstrimis memanfaatkan digitalisasi dokumen untuk menyimpan dan menambah konten mendukung aktivitas mereka.

Meskipun otoritas kontra-terorisme di Inggris dan AS telah diperingatkan mengenai cara penyimpanan dokumen yang semakin berkembang ini, upaya menghapus data-data perpus digital ISIS sangat sulit karena datanya tidak disimpan di satu tempat.

Penemuan itu terjadi setelah kematian pemimpin terkemuka ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi pada Oktober 2019. Saat itu, banyak postingan media sosial yang mendukung organisasi tersebut berisi tautan pendek.

Tautan itu mengarahkan para peneliti ke dokumen dan video dalam sembilan bahasa berbeda. Mereka memasukkan rincian serangan, termasuk yang terjadi di Manchester Arena pada 22 Mei 2017, London pada 7 Juli 2005, dan serangan gedung WTC di Amerika pada 11 September 2001.

“Semua yang perlu Anda ketahui mengenai rencana dan serangan yang dilakukan, ada di situ (perpus digital ISIS),” kata Wakil Direktur ISD Moustafa Ayad, yang menemukan arsip besar tersebut.

“Banyak hal yang mengajari Anda caranya bagaimana menjadi teroris yang lebih baik,” tambahnya.

ISD menamakan perpustakan tersebut Cache Kekhalifahan. Selama berbulan-bulan para peneliti telah mempelajari bagaimana perkembangannya, bagaimana perpus digital itu dikelola dan siapa saja pengunjungnya.

Peneliti mengatakan “selama Cache Kekhalifahan itu tetap berjalan, itu membantu ISIS menyediakan sarana terus menyebarkan konten.”

Dalam menyebarkan konten bermuatan teroris atau propaganda, ISIS menggunakan kemampuan perpus digital terhubung ke media sosial para publik figur melalui akun bot.

Contohnya, ISIS disebut pernah membajak akun milik penyanyi pop Justin Beiber menggunakannya untuk mempromosikan konten mereka. Dalam kasus lain, ISIS berhasil menipu akun tim rugby Inggris untuk mem-follow salah satu akun medsos ISIS yang menyamar sebagai pendukung.

“Mereka memahami kekuatan yang tersimpan dalam Cache Kekhalifahan,” lanjutnya.

Tidak semua konten dalam perpus digital ISIS berisi kekerasan. Pengunjung juga bisa menemukan filosofi ISIS, teks agama, dan propaganda seperti apa gaya hidup ISIS.

Sebagian besar dari pengunjung perpus digital ISIS adalah pria berusia 18 tahun hinga 24 tahun di wilayah Arab, dengan 40 persen lalu lintas berasal dari media sosial dan sebagian besar lainnya melalui YouTube.