Parenting Control versus Radikalisasi Online

Kemajuan teknologi komunikasi merupakan bagian yang tek terelakkan dari revolusi digital. Tentu masih ingat bahwa tahun 1980an masyarakat masih menggunakan telepon ontel di rumah dan di kantor. Untuk berkomunikasi interlokal kita harus menghubungi operator untuk minta sambungkan ke nomor dan kode wilayah tujuan. Di kantor telkom pun kita lihat operator telpon mencabut dan memasukan soket pada nomor kode kota yang ingin dituju saat ada permintaan interlokal dari pelanggan.

Seiring dengan berubahnya sistem komunikasi, pada tahun awal 1990an lahirlah  teknologi “pager” sebagai sarana menyampaikan pesan.  Disusul telpon jinjing atau mobile phone. Awal kemajuan teknologi informasi dan komunikasi terkini dimulai sejak ditemukannya teknologi telepon mobile Amps yang tidak memerlukan kartu pulsa yang berfungsi sama dengan telepon biasa, namun nirkabel. Pelanggan hanya perlu membeli perangkat handset dan membayar pulsa bulanan. Penyeimbangnya kemudian tercipta telpon genggam dengan model  CDMA.

Perkembangan paling mutakhir sampai saat ini adalah GSM dengan proses pembayaran pra bayar dan pasca bayar. Cantiknya lagi bahwa dunia komunikasi berlomba-lomba mempertunjukan kemajuan masing-masing produknya. Blackbarry yang dulunya unggul hampir tenggelam karena fiturnya bisa didownload oleh gadget yang lain. Aplikasi aplikasi kian canggih dan menarik. Slogan dunia dalam genggaman terbukti kini.

Seiring dengan kemajuan revolusi peralatan komunikasi itu, peran cyber space juga kian marak. Internet sudah menjadi kebutuhan keseharian umat manusia dari segala golongan dan umur. Bagi mereka yang menyukai musik, video, film, animasi bisa melihatnya langsung dari berbagai belahan dunia. Berita-berita dunia cukup bisa dilihat melalui layar gadget seukuran bungkus rokok saja secara real time. Semua menjadi mudah, cepat dan instan.

Satu sisi revolusi komunikasi telah memberikan banyak konten positif yang bermanfaat bagi anak-anak dan generasi muda. Di sisi lain ia juga memberikan dampak buruk dan mengerikan. Apalagi konten-konten yang seharusnya belum sesuai dengan usia anak, misalnya konten pornografi, perjudian, dan radikalisme kini bertebaran bebas di dunia maya. Ada pula konten kekerasan yang menonjolkan heroisme dan maskulinitas-tapi kandungan isinya berisi hasutan kebencian dan mengajarkan dikotomi rasial dan agama. Konten ini bisa jadi berwujud dalam bungkus misalnya game perang, tapi kontennya berisi pemusnahan etnis dan Ras.

Apa Pentingnya Memahami Peran media dan Sosial Media?

Dalam Theories of Mass Communication, 4th edition, New York Longman irc, Mc Quail menyimpulkan bahwa peran media dalam kehidupan sosial terutama masyarakat modern (era globalisasi) memiliki banyak fungsi. Beberapa fungsi tersebut adalah sebagai jendela atau window on event and experience, sebagai cermin peristiwa atau mirror of event in society and the world implying a faithful reflection, sebagai filter atau gatekeeper yang menyeleksi perlunya perhatian atau tidak, sebagai guide atau interpreter, sebagai forum untuk mempresentasikan informasi dan ide-ide kapada khalayak, dan sebagai interlocutor atau sebagai partner komunikasi agar terjadi komunikasi interaktif.

Memang tidak bisa dihindari multi ekses yang terjadi akibat perkembangan teknologi komunikasi dan internet ini, seperti, pertama;  kesenjangan kemampuan orang  per orang dalam menguasai teknologi komunikasi misalnya antara orang tua dan anak. Orang tua dituntut mengawasi anaknya sementara orang tua termasuk golongan “gaptek”. Kedua; penggunaan sosial media sudah meniadakan batasan tegas (borderless). Ia masuk melalui internet, PC dan Hp. Ketiga; timbul ketergantungan (addictive). Anak-anak bisa lupa makan hanya karena berlama-lama di depan internet. Keempat; pembiaran dan membebaskan anak-anak tanpa kontrol akibat keterbatasan orang tua akan berdampak pada perubahan total cara pandang tentang tata kehidupan. Kelima; pembelajaran kejahatan umum termasuk kejahatan terorisme ddapat langsung via googling dll. Keenam; anak-anak kehilangan respek dan kepedulian lingkungan dan lamban laun menjadi asosial.

Apa yang sebaiknya dilakukan orang tua terhadap anak-anak dalam dunia maya? Tidak dapat dipungkiri bahwa penyebaran konten negatif di dunia maya sangat massif. Sementara penyebaran yang sangat berbahaya selain pornografi adalah paham radikalisme. Ia ibarat virus yang dapat menyumbat akal sehat dan menanamkan kebencian dan permusuhan sejak dini pada anak-anak.

Karena itulah, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk membunuh benih radikalisme. Sebagai orang tua, sebetulnya banyak bisa dilakukan oleh orang tua untuk mencegah radikalisasi via dunia maya. Pertama, karena yang harus kita awasi adalah anak kita sendiri, maka orang tua harus memahami dan belajar IT. Kedua, secara pelan dengan pendekatan kehati-hatian harus dijelaskan dampak positif dan negatif dalam berselancar di dunia maya. Ketiga, sang anak harus didorong tidak hanya mempunyai kemampuan maksimal dalam penggunaan IT, tetapi juga kemampuan dalam memfilter konten. Keempat, pujilah anak apabila ia sukses melakukan pekerjaan IT, namun dibatasi dan dikontrol penggunaannya. Kelima, bermain gadget boleh, namun diberi batas waktu yang jelas, kecuali darurat. Keenam, gunakanlah aplikasi pemantau gadget misalnya dalam Tech in Asia seperti Kid mode, home tube, kid place, norton family parental control dan kakatu. Ketujuh, jangan menempatkan PC di kamar tidur, tempatkanlah di ruang keluarga. Kedelapan, terpenting anak jangan semata-mata dijadikan objek parenting control, tapi diajak unuk melakukan kontrol secara mandiri.