Panci oh Panci; Kenapa Menjadi Menakutkan?

Akhir akhir ini kata Panci begitu menarik perhatian banyak orang. Popularitas panci mengalahkan kompor. Kompor gas dengan daya ledak yang menyebabkan satu bangunan dan menewaskan beberapa jiwa manusia dikalahkan oleh berita kekuatan baru bernama panci. Tidak hanya kompor, berita panci bahkan mendadak viral mengalahkan berita tentang Mr. Trump dan mengalahkan penyerangan terhadap kelompok ISIS di Suriah yang melibatkan pesawat-pesawat nan canggih dari koalisi.

Mengapa panci? Itu menariknya. Masih segar diingat kala masih kecil, penulis nongkrong dipinggir jalan melihat tukang sulap berkata ” sulap-sulip susu anjing delapan, nonton sulap jangan kedip kalau kedip tidak kelihatan, ini obat menyembuhkan 1001 penyakit, kondor pengkor datang kemari saya akan datang untuk mengobati, ini panci bukan sembarang panci ini panci panci yang sakti….”. Setelah itu panci yang kosong ditutup kain putih dan setelah dibuka keluarlah sesosok ular sanca. Itulah sekilas tentang panci, yang begitu sakti diulas oleh sang tukang obat. Kini panci kembali menjadi saksi karena panci itu yang sejatinya untuk membuat sop dan memasak nasi, kini di Bandung berubah fungsi menjadi alat memasak Bom di Cicendo Bandung. Lalu, apa kaitan panci dan Bom di Cicendo?

Panci adalah alat untuk memasak. Tapi tentu sebagai suatu wadah dia bisa digunakan untuk apa saja. Dalam fungsi normal ia bisa digunakan buat memasak dan bisa pula untuk menyimpan barang dapur. Kini, panci mendadak populer justru bukan karena fungsi normalnya sebagai alat masak, tetapi fungsi lain untuk merangkai home made bom atau bom rakitan. Dan inilah yang terjadi di taman Pandawa Cicendo Bandung. Bom digunakan untuk menteror masyarakat dengan sarana containing-nya panci, sehingga topik tulisan saya kali ini Panci.

Bom secara harfiah kita terjemahkan sebagai bahan peledak yang dibuat sedemikian rupa dengan spectec tertentu untuk membunuh dan meledakan. Bom konvensional, tentu bom perang, yaitu dibuat oleh pabrik yang dilindungi undang-undang dan konvensi. Penggunaannya pun tentu hanya untuk perang. Sedangkan bom non-konvensional adalah bom yang dibuat oleh individu atau kelompok secara bebas dan melanggar hukum. Bahaya dan besar ledakannya tergantung keahlian yang membuat. Bahannya bisa saja beragam. Bisa dari bahan peledak atau bahan bahan lain sampai bumbu dapur yang diracik bisa menjadi bom.

Bom non-konvensional ini biasa disebut home made bom atau bom rakitan. Isi bom dapat dikategorikan dalam dua bentuk. Bom dengan bahan peledak yang berisi low explosive atau yang berkekuatan rendah dengan detonasi 400m sd 800m dengan shattering effect 400 sd 1600m perdetik. Sementara high explosive adalah bahan peledak dengan tingkat ledakan tinggi dengan detonasi 1000 sd 8500 shattering effect bisa mencapai 3650m per detik. Disamping kedua bahan tersebut bom masih harus dilengkapi dengan pendukung lain yaitu bahan kimia yaitu oksidator, reduktor dan katalisator. Proses bekerja Oksidator memerlukan oksigen, reduktor bekerja untuk menarik oksigen dan katalisator sebagai bahan tambahan dalam proses kerja keduanya.

Mungkin orang banyak bertanya kenapa aksi terorisme selalu identik dengan bom. Adakah kasus bom selain dengan bahan peledak? Sebenarnya bom merupakan sarana yang populer dalam aksi terorisme. Tetapi ada juga beberapa kasus terorisme yang tidak menggunakan bahan peledak.

Mungkin dalam sejarah yang pernah kita baca kita akan ingat bahwa betapa pada bulan mei 1995 kereta bawah tanah di stasiun Sinjoku, Jepang, diserang dengan Natrium Sianida yang ditaruh dalam kantong terguncang lalu terbakar. Mungkin catatan lain yang kita ingat pada 18 juni 2001 kelompok Sekte Aum Shrinrikyo menyerang kereta api bawah tanah New York dengan hydrogen Sianida. Atau penyerangan terhadap kegiatan olimpiade London 2012 dengan kasus yang dikenal dengan sebutan kasus sarung tangan yang dibubuhi racun Sianida. Dan di Indonesia mungkin kita masih ingat kasus Polsek Kemayoran tahun 2011 terkait percobaan racun yang dimasukkan pada makanan di kantin lingkungan Polsek. Dan lebih polpuler lagi kasus Jessica dan Mirna tahun yang lalu. Dan yang paling kekinian adalah kasus VX Kim Jong Nam di Malaysia.

Bahan racun yang biasa digunakan oleh kelompok teroris adalah VX seperti yang menelan nyawa Kim Jong Nam yakni berupa uap dan cairan yang secara cepat merusak syaraf saat tersentuh kulit. Sulvur mustard berupa uap dan cairan yang merusak sarap saat tersentuh kulit atau terhirup. Sarin berupa cairan dan gas yang merusak syaraf pencernaan dan syaraf pusat bila dicerna dan disentuh oleh kulit, dan yang terakhir sarin yaitu gas berwarna kuning kehijauan yang memiliki aroma sangat tajam yang menyebabkan korosif pada mata dan kulit serta mencekik pernafasan.

Kembali pada persoalan panci, bahayakah bom panci? Jawabannya iya. Panci menjadi sangat bahaya kalau digunakan untuk container bom. Apa lagi digunakan oleh teroris amatir. Dia lepas bomnya dia tiarap,  meledak, dan lari berlindung. Itulah namanya Bom Panci. Bom panci dilempar sendiri oleh seorang teroris yang BANCI.

Kasus di Cicendo merupakan kali kedua yang mengantarkan popularitas panci sebagai alat masak biasa menjadi menakutkan sebagai sarana bom yang digunakan kelompok teroris. Pada akhir 2016, Densus 88 berhasil membongkar rencana teror yang menyasar Istana Negara dalam penggrebekan rumah kos di Bintara, Bekasi. Bom yang ditemukan dalam operasi ini memiliki daya ledak tinggi dan dengan potensi merusak yang sangat tinggi. Bukan hanya itu, keberhasilan itu juga menyingkap modus baru kelompok terorisme yang menyiapkan bom dalam panci.

Banyak mengatakan bom panci hanyalah rekayasa karena tidak ada potensi bahaya. Hanya di Indonesia panci bisa menjadi bom. Sebenarnya di luar negeri, bom panci seperti ini merupakan modus favorit yang digunakan oleh teroris di Afghanistan, Nepal, dan Pakistan. Bom panci bukan hal baru tetapi di Indonesia telah menjadi modus baru yang digunakan oleh kelompok radikal terorisme. Bom panci atau pressure cooker bomb merupakan bom yang menggunakan panci presto sebagai wadah alat ledaknya.

Beberapa kasus di luar negeri seperti di Amerika pernah dilakukan oleh Tsarnaev bersaudara pada momen lomba Maraton Boston pada 15 April 2013 yang menewaskan 3 orang dan melukai 264 lainnya. Kasus lainnya adalah bom panci yang dipasang di dalam mobil dan ditinggalkan di Times Square pada 1 Mei 2010, walaupun gagal meledak. Atau kasus lain di Manhattan, New York, pada 17 September 2016 yang dilakukan oleh Ahmad Khan Rahami. Tidak hanya di Amerika, di India bom panci pernah meledak di Mumbai di dalam kereta pada Juli 2006. Artinya, bom panci telah menjadi modus baru dalam jaringan kelompok teroris.

Kenapa bom panci menjadi sangat populer? Jawabannya karena bom ini dapat dibuat dengan bahan sederhana namun memiliki efek yang letal. Desain panci bertekanan, yang dirancang kedap udara, dapat meningkatkan efek ledakan ketika bagian dalamnya diisi dengan bahan peledak. Bahan yang digunakan sangat sederhana dan mudah didapat seperti kabel, paku, mur, ball bearing, dan bahan peledak. Bom panci dapat juga diisi dengan serpihan logam, paku, hingga laher (bearing-bantalan peluru). Cara kerjanya, ketika tekanan mencapai titik kritis, maka akan menimbulkan ledakan besar yang dapat mematikan.

Bahaya ledakan bom panci mempunyai efek yang cukup membahayakan seperti menimbulkan trauma serta merusak orgam dalam dan telinga pendengar yang terdapat di dekat bom panci yang meledak. Dalam tingkat lebih lanjut, bom panci akan dapat menimbulkan cacat fisik bahkan kematian. Itulah kenapa bom panci tidak sekedar persoalan barang sederhana dengan fungsi normal, tetapi menjadi alat menakutkan di tangan kelompok teroris. Saat ini mulai banyak bertebaran teknik perakitan bom panci di dunia maya yang dilakukan oleh kelompok teroris.