Peneliti YPP, Siti Darojatul Aliyah, menyebut ada banyak perempuan yang terlibat aksi dan paham terorisme

Mengapa Perempuan Terlibat Terorisme? Ini Kata Peneliti

Jambi – Merebaknya paham radikal-terorisme nyatanya telah merambah ke dunia perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) menemukan ada banyak perempuan yang terlibat dalam kelompok dan paham terorisme. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan. Lantas, mengapa perempuan bisa terposok dalam jurang terorisme?

Siti Darojatul Aliah dari YPP mengatakan ada banyak sebab mengapa perempuan bisa terlibat terorisme, dan dari banyak perempuan yang terlibat tersebut memiliki alasannya masing-masing. Ia mencontohkan DYN, perempuan berusia 27 tahun asal Cirebon tersebut terlibat dalam aksi terorisme lantaran meyakini bahwa Islam adalah agama asing, dan akan berakhir dengan keasingan.

DYN sendiri terlibat dalam kasus terorisme, ia diketahui akan meledakkan diri di Istana Negara, untung rencananya dapat tercium oleh aparat yang akhirnya berhasil menangkapnya sebelum sempat menjadi ‘pengantin’ (sebutan untuk pelaku bom bunuh diri). Baginya, aksi meledakkan diri merupakan bagian dari upaya mengambil jalan yang asing untuk membela Islam.

Berbeda lagi dengan IP (35 tahun), perempuan asal Purworejo, Jawa Tengah yang bekerja sebagai TKW di Hongkong ini menjadi radikal usai terpapar propaganda jahat di media sosial. Ia terbelit kasus bom bunuh diri dan pendanaan untuk beberapa aksi teror di Jakarta dan Bandung. Ia pun merasa perlu untuk ambil bagian dari ‘jihad’ yang dilakukan oleh kelompok teroris ini. IP juga diketahui telah membuat 100 akun facebook yang ia gunakan untuk membagikan berita-berita tentang Daulah Islamiyah.

Demikian pula dengan LP (31 tahun), berbekal keyakinan untuk membela Islam sambil mempertahankan iman dan membela penderitaan muslim di suriah, TKW asal Banyuwangi yang bekerja di Taiwan ini nekat berusaha ‘hijrah’ ke Suriah dan bergabung dengan kelompok teroris internasional ISIS. Ia pun rela menikah dengan lelaki yang tidak pernah ia temui secara langsung, dan pernikahannya dilangsungkan lewat telepon.

“Rencana pernikahannya ini tidak disetujui oleh orang tuanya, mereka ingin anaknya dinikahi sebagai perempuan yang terhormat; calon pengantin harus datang, tidak hanya lewat telepon,” ujar Siti yang hari ini didaulat menjadi narasumber di kegiatan Rembuk Kebangsaan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jambi bidang pemuda dan perempuan.

“Tahu apa reaksinya? Ia kafirkan orang tuanya!” lanjutnya.

Baginya, meski memiliki latar belakang dan alasan yang berbeda-beda, namun perempuan-perempuan yang terlibat dalam kelompok dan aksi terorisme ini memilki tujuan yang sama. Menurutnya, ada sedikitnya 4 tujuan utama yang ingin dicapai oleh kelompok teroris, yakni; mengubah NKRI menjadi Khilafah, mengganti UUD 1945 dengan syariat Islam, mengubah keragaman menjadi satu “isme”, dan terakhir adalah menghapus Pancasila dan demokrasi.