Mencegah Tragedi Teror di Paris Masuk ke Indonesia

Tragedi kekejaman keompok teroris yang menghabisi ratusan orang di Prancis beberapa waktu yang lalu merupakan sebuah pukulan telak bukan saja bagi aparat penegak hukum, tetapi juga bagi kita semua yang mencintai kedamaian. Para teroris telah membuktikan sekali lagi bahwa mereka adalah kelompok yang harus dilawan, tidak boleh lagi ada aksi teror di bumi ini.

Sejatinya, terorisme telah ada sejak lama, namun munculnya kelompok teroris ISIS menandai era baru terorisme, dimana aksi-aksi teror dilakukan secara jauh lebih brutal dan sangat tidak berprikemanusiaan. Hampir seluruh negara di dunia meninggikan benteng pertahanannya untuk memastikan bahwa ISIS tidak akan bisa memasuki negara mereka, baik dalam bentuk ideologi terorisnya maupun dalam bentuk serangan terornya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk memastikan bahwa masyarakat kita tidak akan mudah terpengaruh oleh tipu daya kelompok radikal teroris yang sangat sadis. Beberapa upaya nyata yang telah dan sedang terus digalakkan oleh BNPT dalam membentengi masyarakat dari pengaruh radikal terorisme adalah dengan melakukan dialog, workshop, serta membentuk Forum Koordinasi Pencegah Terorisme (FKPT) yang hingga kini telah terbentuk di 32 Provinsi di seluruh Indonesia.

Upaya pencegahan ini perlu dilakukan, karena berdasarkan data dan pengamatan yang kami lakukan, ideologi kekerasan yang disebar oleh kelompok teroris seperti ISIS menyasar pada beberapa aspek dan elemen, yakni aspek ekonomi dan ideologi. Untuk aspek ekonomi, sasaran utama doktrinasi adalah masyarakat ekonomi kelas bawah. Meraka akan dicekoki dengan paham-paham kekerasan berbasis ekonomi, rayuan perbaikan ekonomi setelah bergabung dengan kelompok teroris kerap dijadikan andalan untuk merekrut anggota baru.

Mereka akan mendatangi siapa saja yang dipandang masih berada di ekonomi kelas menengah kebawah, kelompok teroris lantas menyesaki kepala masyarakat dengan janji-janji surgawi, baik ketika hidup (bergabung dengan kelompok teroris) maupun setelah mati (masuk surga). Masyarakat yang terperdaya dengan tipuan itu tentu akan mudah terpengaruh dan akhirnya bergabung, meski kebanyakan dari mereka akhirnya sadar bahwa mereka telah tertipu, namun semuanya telah terlambat. Tidak banyak dari mereka yang bisa keluar dari perangkap kelompok teroris, beberapa masyarakat WNI yang sempat bergabung dengan ISIS dan berhasil keluar misalnya, mengaku bahwa keadaan hidup di komplek ISIS sangat mengerikan, jauh lebih susah daripada di Indonesia, ISIS pun akan menembak mati siapa saja yang mencoba keluar dari kelompok itu.

Sementara dari aspek ideologi, kelompok teroris fokus untuk mencemari pemikiran dan hati orang-orang yang duduk di birokrasi. Harapannya tentu agar mereka dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan pemerintah sehingga nantinya arah pemerintahan akan sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Kasus hilangnya salah satu pejabat pemerintah di Batam yang diduga bergabung dengan kelompok ISIS merupakan salah satu bukti terbaru dari pola penyebaran ideologi ISIS.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok teroris saat ini fokus untuk menyebarkan ajaran kekerasan mereka melalui dua jalur utama, yakni; ekonomi (dengan sasaran masyarakat ekonomi kelas bawah) dan ideologi (dengan sasaran orang-orang di birokrasi).

Belajar dari kasus teror yang terjadi di Prancis, kita harus mengerti bahwa masalah utama dari terorisme adalah ketidakadilan dan ketidakpedulian. Tanpa sedikitpun bermaksud membenarkan aksi keji teroris di Prancis, pemerintah Prancis memang tampak cenderung tidak adil terhadap warga Muslim, dimana diskriminasi atas nama agama masih sering kita dengar di negerinya arsen wenger itu. Padahal diwaktu yang bersamaan, kita juga menyaksikan bahwa pemerintah Prancis tampak begitu welcome terhadap warga asing yang hendak datang dan tinggal di wilayahnya, perpaduan antara ketidakpadulian dan ketidakadilan dapat sewaktu-waktu menjadi bahaya bagi mereka sendiri.

Karenanya, untuk mengantisipasi agar kejadian di Prancis tidak merembet ke negeri ini, pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan terhadap imigrant atau warga asing yang hendak masuk ke Indonesia, salah satunya dengan memperketat bandara dan tempat-tempat yang potensial untuk kedatangan imigrant. Pemerintah juga harus memperkuat jalinan silaturahmi yang baik dengan jaringan eks-terorist yang telah selesai menjalani pidana, termasuk juga dengan keluarganya, hal ini dimaksudkan agar mereka tidak lagi terpengaruh dengan ajaran-ajaran teroris. Di sisi lain, para eks-teroris tersebut mengetahui jaringan dan pola penyebaran paham terorisme di Indonesia, sehingga dengan informasi tersebut pemerintah dapat melakukan tindakan yang tepat dalam menangani masalah terorisme.

Hal lain yang pelu dilakukan pemerintah adalah mempekuat kolaborasi dengan negara-negara sahabat, sehingga upaya penanggulangan terorisme dapat dilakukan dengan lebih mudah. Selain itu, kegiatan dialog dan workshop pencegahan terorisme seperti yang dilakukan BNPT selama ini perlu terus ditingkatkan, karena kegiatan semacam ini telah terbukti mampu memperkuat pemahaman dan keyakinan masyarakat bahwa agama hanya mengajarkan perdamaian dan bahwa agama tidak pernah berlawanan dengan negara.