Mempelajari Hubungan antar Jaringan Terorisme Al Jamaah al Islamiyah di berbagai Negara Asean dan Afganistan

Upaya untuk melihat hubungan antar sel kelompok teroris di Indonesia dan taliban di Afganistan tidaklah mudah dilakukan saat ini. Kita pun kesulitan untuk melihat hubungan antar sel yang berbeda secara terbuka. Yang penting untuk diperhatikan adalah, walaupun yang diusung sama-sama Panji dengan smbol-simbol agama, tetapi paham, modus dan goal yang ingin dicapai sangatlah berbeda. Berbagai konflik kepentingan memang ada dalam masing-masing jaringan, meski begitu, sangat jarang hal itu berakhir pada konflik terbuka antar kelompok.

Ada yang menarik pada kasus Jamaah Islamiyah (JI) dalam kaitannya dengan jaringan teroris global, utamanya dalam hal perluasan paham dan gerakannya. Seluruh pimpinan kelompok teroris level atas dan beberapa pelaku Bom di Indonesia yang dilatih di Afganistan selama kurang lebih sepuluh tahun, yaitu antara tahun 1985 sampai 1995, memainkan peran penting dalam penyebaran paham dan gerakan JI. Mereka – orang-orang yang menamakan diri sebagai Mujahidin Indonesia— dengan berbagai keahlian dalam perang, senjata api, membuat bom dan keterampilan fisik membawa perluasan wacana JI menjadikannya  lebih  global.

Mereka semakin komit terhadap teori dan pelaksanaan Jihad.  Pada tahun 2003 misalnya, mereka melakukan pengiriman terakhir Mujahidin JI untuk berlatih sebanyak sebelas orang. Dari pelatihan itu, konsep dan strategi perang dipindahkan dari Afganistan ke Indonesia. Langkah pertamanya adalah dengan membentuk beberapa kamp laboratorium latihan di Banten, Lampung, Bogor dan Maluku. Inilah yang mewarnai pola , modus dan jenis bom yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2000, sampai akhirnya jaringan JI bisa diberangus oleh otoritas Indonesia.

Bagaimana Pola Hubungan Mujahidin Indonesia Dengan Al Qaedah?

Hubungan antara kelompok teroris di Indonesia dan al Qaedah terjalin melalui Abdul Rasul Sayaf dan berbagai pelatihan di Afganistan tahun 1980an. Dari sinilah hubungan antara tokoh senior Mujahidin Indonesia dengan Osama bin Laden bermula. Kontak person  terpenting bagi para Mujahidin Indonesia dengan Alqaedah adalah  Hambali. Sedangkan para mujahidin lain yang bisa berhubungan langsung dan akrab dengan Osama bin Ladeen adalah Zulkarnaen, Syawal Yasin dan  Fathur Rahman al Ghozi. Hubungan yang erat juga dibangun dengan mujahidin asal Spanyol atau Alqaedah Madrid, hal itu dibuktikan dengan adanya beberapa kali kunjungan mujahidin Spanyol dan Jerman ke Ambon dan Poso pasca konflik. Ayman Al Zawahiri dan Muhamad Atep pada tahun 1999 bahkan juga pernah berkunjung ke Maluku dan Papua. Hal itu pulalah yang membuat Osama bin Ladeen mengeluarkan janji bahwa operasi Alqaedah di Asia Tenggara akan tetap didukung.

Bagaimana Hubungan dengan New PULO, Thailand Selatan?

PULO adalah singkatan dari Patani United Liberation Organization atau Organisasi Persatuan Pembebasan Patani. Salah satu pemimpin New PULO, Thailand,  Abu hafiz Ismael pernah menghadiri pertemuan di Kuala Lumpur dan Negeri Sembilan di Malaysia. Berikut menghadiri pula beberapa pertemuan Rabitatul Mujahidin. 30an Mujahidin anggota New PULO pernah dilatih di Banten dan Lampung tahun 2004.

Bagaimana Dengan MILF?

Sebagian pelaku terorisme JI yang tidak berangkat ke Afganistan berlatih dan belajar-mengajar di kamp Abu Bakar (milik MNLF ) dan kamp Hudaibiyah di Filipina Selatan pada tahun 1998.  Pelatih diambil dari para alumni Afganistan dan Pakistan. Kamp tersebut ditutup tahun 2000. Tetapi oleh JI tempat tersebut masih dianggap sebagai tempat alternatif. Buktinya, saat pengiriman anggota JI ke Afganistan dan Pakistan, pelatihan di kamp Hudaibiyah juga berjalan secara paralel. Keahlian yang didapat selama latihan ternyata memberikan kemampuan yang lebih baik pada operasional, logistik dan administrasi untuk merencanakan bomb sekaliber bomb yang diledakkan di Bali dan di JW Marriot.

Adakah Hubungan Dengan Rso, Myanmar, Palestina , Khasmir, Dagestan Chechnya dan Irak?

Berbicara tentang RSO berarti mengupas-ulas hubungan dengan Al Qaedah. Dulunya underbow FII (Forum Islam Internasional) di Asia Tenggara adalah DIN (Daulah Islamiyah Nusantara) di Johor Malaysia. Di bawah DIN terdapat mujahidin Rohingya Myanmar, Moro Islamic Liberation Front (MILF) dan Mujahidin Patani ( Thailand). Yayasan Amal Misi Ahlus Sunnah wal-jamaah (YAM ASWJ) merupakan organisasi yang berhubungan dengan DIN. Yayasan ini berbeda dengan Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal-Jamaah. Untuk melancarkan kegiatannya, Osama bin Ladeen membiayai berbagai kamp pelatihan seperti yang terjadi pada Amin Mude, fasilitator WNI ke Suriah di Bogor, Sukabumi, Pandeglang, Cianjur Selatan, Garut, Tasikmalaya dan Sumatera Barat.

Dengan berbagai pelatihan dan pengembangan jaringan, maka program pengirim mujahidin ke Palestina pun dirancang. Hubungan dengan Palestina sangat erat dengan tokoh Syakh Yassin. Begitupun dengan Kashmir. Sejak tahun 1985 sudah tiga puluh Mujahidin JI dikirim ke Kashmir. The Battle of Jaji di Chechnya pun telah menyediakan kesempatan yang lebih luas untuk Mujahidin dunia membantu perlawanan di sana. Dan Abu Bakar Baasyir pernah menyampakan itu kepada jajaran JI. Begitupula dengan Dagestan.  Tercatat 7 anggota JI berangkat ke Dagestan. Di tahun 2004 pun ada 7 milisi JI berangkat ke Irak untuk melawan invasi Amerika serikat di sana.

Menarik itu dikupas lebih mendalam tentang betapa hebatnya JI mengorganisasikan terorisme kawasan untuk mendirikan Daulah Islamiyah. Kalau terbatas pada melihat dokumen PUPJI (pedoman umum perjuangan al Jamaah al Islamiyah Indonesia ) saja , maka kita akan berpikir regional saja. Tapi kalau melihat tulisan di atas, maka wajarlah apabila negara Indonesia disebut negara yang sepanjang masa menderita karena terorisme. Namun karena itulah indonesia menjadi negara terhebat di dunia dalam pemberantasan terorisme.

Viva Densus 88 AT. Viva BNPT. Damailah Indonesiaku