Lemahnya Literasi Jadi Penyebab Radikalisme Mudah Merebak di Media Sosial

Tegal – Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kota Tegal, Abdul Wahab mengatakan isu radikalisme menjadi wacana yang menarik di beberapa kalangan, khususnya ketika pola penyebarannya beralih dari konvensional ke media sosial.

Menurutnya fenomena radikalisme di kalangan umat Islam seringkali disandarkan dengan paham keagamaan yang sebetulnya tidak bisa dibenarkan juga. Pemahaman seperti ini sesungguhnya tidak disebabkan oleh faktor tunggal yang berdiri sendiri. Faktor sosial, ekonomi, lingkungan, politik bahkan pendidikanpun ikut andil dalam memengaruhi radikalisme agama.

Namun demikian, kata Wahab radikalisme agama sering kali digerakkan oleh pemahaman keagamaan yang sempit, perasaan tertekan, terhegemoni, tidak aman secara psikososial, serta ketidakadilan lokal dan global.

“Gerakan ini memeroleh banyak pengikut di kalangan generasi muda islam di media sosial,” kata Wahab dalam dialog dengan tema Mewaspadai Penyebaran Radikalisme Melalui Media Sosial’ di Kota Tegal, Selasa, (24/3).

Masih menurut Wahab, oleh karena di Pemuda Muhammadiyah setiap kader individu agar mengawasi dirinya sendiri dalam etika bermedia sosial. Sehingga apa yang disampaikan di media sosial tersebut lebih bermanfaat bukan sebaliknya.

“Tentunya kami sangat menganjurkan kepada segenap generasi muda selalu melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi sesama manusia dan lingkungannya secara kontruktif dengan tidak menyebarkan konten atau lainnya yang memecah belah,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua PC Anshor Kota Tegal, Sarwo Edi menambahkan berbagai faktor yang memungkinkan generasi muda rentan terjaring radikalisme melalui jejaring online di media sosial karena pertama kemudahan mengakses informasi yang tidak dibarengi dengan kemampuan untuk menyaring informasi tersebut.

“Lewat internet dan media sosial, konten hoax (berita bohong) lebih masif dan fenomenal saat ini. Itu seakan berlomba dengan konten hate speech (ujaran kebencian) dalam memenuhi internet dan jejaring media sosial,” ucap Sarwo.

Kemudian, lanjutnya, intensitas tinggi tetapi literasi yang lemah di kalangan anak muda akan menyebabkan mereka mudah terjaring dan terprovokasi oleh konten yang mereka akses.

Faktor lainnya adalah kelompok-kelompok radikalisme menyusup melalui beragam propaganda mampu memikat pengguna internet dan media sosial.

“Mereka mampu memanfaatkan media sosial untuk menggalang, merekrut, memengaruhi, dan mengajak, terutama anak-anak remaja,” ujarnya.

Oleh karena itu, Sarwo berpesan kepada generasi muda agar memperbanyak literasi yang benar sehingga tidak muda terpapar radikalisme.